Hennie membawa salat mentimun ala Korea. Mentimun segar dari hasil kebun sendiri. Wah rajin nian.Â
Seperti pernah saya cerita, menanam sesuatu sampai bisa memanen dengan hasil bagus merupakan perjuangan panjang, telaten dan pasti rajin.
Hennie cerita, suaminyalah yang rajin bertanam. Wah pasti Herr Oberst suami Hennie rajin, punya hati dan telaten. Apalagi saat ini terlalu sedikit turun hujan.
Bisa memanen mentimun pasti tanahnya subur dan rajin menyiram.
Suami Hennie juga bercerita bagaimana membuat Hochbeet untuk tanamannya. Dan bagaimana membuat supaya tidak diganggu siput atau dipanen siput terlebih dahulu.
Hasilnya kami nikmati, salat mentimun vegan ala Korea yang segar, sedikit pedas dan harum biji wijen. Vegan karena resep aslinya menggunakan madu tetapi diganti gula supaya Juergen suamiku yang Veganer bisa ikut menikmati.
Hmm sehr lieb Hennie, ya Hennie sangat baik, ingat suamiku yang Veganer.
Michael yang kebetulan ada di rumah juga suka banget salat mentimun ala korea buatan tante Hennie.
Selain Hennie dan suami, bung Ino dan Romo Agustinus juga hadir.
Jam telah menunjukkan pukul 18.00, setelah menyiapkan meja makan malam di halaman, salat, sambal kecap, sambal kacang, bihun goreng dan beras dimasak di Reiscooker, mandi.
Sebentar lagi tamu datang. Benar Bel pertama berdering, Bung Inno telah berdiri dengan senyum ramahnya yang khas berdiri di depan pintu. Â Bung Inno, sudah kenal baik dengan suami dan keluarga kami, maka langsung saling bercerita dengan suami.
Syukurlah, bung Inno kebetulan ada waktu sehingga bisa datang. Bung Inno tinggal di Mainz, ibu kota negara bagian Rheinland-Pfalz , 45 Kilometer dari kota kami.
Tak lama kemudian bel berbunyi lagi, Hennie dan suami berdiri di depan pintu. Moga- moga mereka mendapat tempat parkir. Sulit mendapat tempat parkir, terutama  jam- jam orang sudah pulang kerja.