Sampai di museum, Frau Muller mengurus karcis masuk, saya dan anak-anak menitipkan tas dan jaket kami ke tempat penitipan di ruang bawah.
Penitipan berupa almari-almari kecil muat untuk menyimpan jaket dan tas kami. Dan setelah dikunci, kunci kami kantongi untuk pengambilan nanti.Â
Sebelumnya kami diberi tahu bahwa kami boleh membawa uang kami, karena di dalam Dialog Museum ada kafe dan kita boleh membeli kopi dan makanan kecil.
Setelah menitipkan barang, kami naik lagi dan menuju ke pintu masuk, di mana Frau Muller dan guide Dialog Museum sudah menanti.
Dituntun oleh Guide Tuna Netra, Menyusuri Kota Frankfurt
Kami dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing dengan satu orang guide.
Kami masing- masing diberi tongkat untuk orang tuna netra. Guide menerangkan bagaimana menggunakan tongkat tuna netra tersebut.
Guidenya memperkenalkan diri, sebut saja Herr Ludwig, seorang tuna netra. Kami juga diminta memperkenalkan diri dengan menyebut nama kami masing-masing.
Sambil bergurau, Herr Ludwig bilang bahwa biasanya dia dituntun orang normal yang tidak buta. Namun, kali ini Herr Ludwig yang tuna netra yang akan menuntun kami.
Setelah siap semua, kami mulai memasuki Dialog Museum, dunia orang tuna netra. Herr Ludwig, guide tuna netra menerangkan dan menenangkan langkah-langkah kami dalam kegelapan dengan suaranya yang ramah.
Panik juga pada awalnya melangkah dalam kegelapan. Herr Ludwig, bilang saat ini kita sedang jalan-jalan di Frankfurt, terdengar dari suara lalu lalang mobil.Â