Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keramahan yang Menyembuhkan

12 Maret 2021   05:58 Diperbarui: 12 Maret 2021   10:59 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ober Arzt Dokter Anthony Winarno dan penulis

Di saat sehat kadang lupa kalau sehat itu merupakan anugerah. Sibuk dengan rutinitas setiap hari.  Bila tiba saatnya sakit, barulah sadar bahwa sehat itu sungguh amat berharga. 

Dari atas ranjang rumah sakit Heilige Geist Frankfut aku tulis diary kecil ini. Tentang keramahan-keramahan yang aku terima yang menguatkanku.

1. Keramahan alam dengan kicauan burung mengantar kepergianku ke Rumah sakit. 

Pagi-pagi buta suami mengantarku ke Rumah Sakit Heilige Geist Frankfurt. Burung-burung mulai berkicau dan pagi hari tidak gelap lagi menandai datangnya musim semi dan musim dingin tidak kuasa lagi untuk memcengkeram hari ini dengan gelap dan dinginnya yang kadang menusuk tulang.Pelan.... tapi pasti...pergi, suhu di Bildschrim mobil menunjukan 7 derajad celsius. Oh syukurlah semakin hangat.

2. Keramahan para Dokter, Dokter Lieb dan Dokter Anthony Winarno putra Indonesia

Minggu lalu dalam kontrol rutin tahunan di Gynakology, ditemukan Netzt atau jala yang dipasang  2 tahun lalu untuk menyangga organ -organ dalamku (usus ,kandung kemih) ada kerusakan harus diperbaiki. Tidak sakit, tapi cukup mengganggu. 

Hari ini Netz dalam perutku diperbaiki yang berarti aku harus masuk ruang Operasi. Meskipun OP kecil tetap bikin dag dig dug juga. Mumpung Dokter Lieb dokter senior yang pintar dan dokter terbaik dalam bidang Becken Boden (Dasar pinggul) belum pensiun. 

Mengapa saya tahu kalau dokter Lieb  terbaik di Frankfurt dalam bidang Becken  Boden? Karena info dari dokter Anthony, Dokter Anthony Winarno  dokter Gynakologi, putra Indonesia kelahiran Bandung, pernah menjadi Ober Arzt di rumah sakit ini, pernah berguru dari Dokter Lieb. Dokter Anthony lulusan Universitas Indonesia, Australia dan Jerman tentu saja tahu benar kwalitas Dokter Lieb. 

Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Frankfurt tentu saja bangga dengan dokter Athony Winaro, orang Indonesia yang ramah, baik hati dan pintar membawahi dokter-dokter berkebangsaan Jerman, Ukraina dan ada beberapa kebangsaan lain lagi yamg bekerja di sini 

Keramahan baik hati dan pintar dari Dokter Anthony  ini aku dengar dari nguping pendapat pasien sebelah dan pendapat tetanggaku yang kebetulan suster perawat di rumah sakit ini.

Kembali ke dokter Lieb,saya yakin usianya pasti sudah mendekati angka 70 tetapi semangatnya dan bahagianya dalam bekerja terasa sekali. 

Meskipun stress jadwal yang padat dan pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi, dokter Lieb masih sempat melucu dengan kami pasiennya. Sehingga sirnalah ketakutanku untuk OP nantinya, apalagi berada di ruang Gynakologi lengkap di kursi Gynakologi yang menyeramkan itu.

3.Opame di masa pandemi

Dari rumah kami di Dietzenbach memerlukan waktu 20 menit untuk sampai di Rumah sakit. Setelah mobil kami di parkir, suami masih mengantarku sampai di depan pintu rumah sakit. 

Karena Corona pasien tidak boleh diantar atau ditemani apalagi ditunggui. Jadi suami hanya mengantar sampai depan pintu kaca rumah sakit yang tertutup itu. Memeluk dan mencium saya dan  bilang "tchusss..sayang, alles Gutte". Suamipun meninggalkanku dan aku masuk Rumah sakit.

4.Keramahan resepsionis Turki di rumah sakit

Kemudian aku memecet bell di sampinhg pintu kaca. Melalui Microphon aku menyebut namaku dan tujuanku bahwa aku ada termin OP, tunggu sebentar mas-mas di seberang sana dengan dialek Turkinya, melihat di liste pasien OP mungkin, dan pintupun terbuka aku boleh masuk. Disusul oleh pasien-pasien lain dengan prosedur yang sama. 

Mas di loket penerima tamu yang ramah dengan dialek Turki menerangkan singkat kemana aku harus pergi. Untung aku sudah pernah OP dan opname disini, sehingga saya tahu pasti kemana aku harus menuju.

5 Suster station  suster OP, penjemput OP dan dokter Anastesi yang ramah

Di bagian Gynakology telah menunggu suster keturunan Asia yang tak kalah ramahnya dengan mas-mas di resepsionis. Suster cantik ini menunjukkan kamarku dan tempat tidurku juga almari tempat menyimpan barang- barang pribadiku dan menyerahkan baju dan perlengkapan pakaian OP.

Suster menjelaskan aku boleh memberesi barang-barangku dan meminta selalu pakai masker FFP2 bila pesonal masuk ruangan dan bila aku meninggalkan ruangan. Kecuali itu di dalam kamar boleh lepas masker.

Setelah suster asia pergi, datang suster berikutnya, oh suster itu mengenaliku bahwa pernah merawat aku 2tahun lalu. Nyes....kecemasanku akan operasi berkurang lagi dengan keramahan-keramahan itu. Dengan cekatan suster keturunan Yunani itu mempersiapkan OPku. 

Tempat tidur telah di tempeli namaku dan siap dijemput personal dari ruang OP. Tidak lama menunggu , kamar tidur diketok dan orang bule tinggi besar datang mendorong Bettku untuk dibawa ke kamar OP, lagi -lagi dengan ramah menyapa, "guten Morgen Fr. Assenheimer, saya Herr Mazek"(orang Eropa timur) menyapaku dengan ramah. Herr mazek mendorong Bettku dengan cepat dan sigap di lorong-lorong rumah sakit yang sempit dan melalui satu Aufzug atau Lift.

Sampai di ruang OP telah menunggu suster OP dengan keramahannya pula memintaku untuk pindah dengan cara menggeser tubuhku ke atas meja OP dan menyelimutiku dengan Decke yang hangat. Suster mengajukan beberapa pertanyaan mungkin untuk mencocokan supaya tidak salah mengoperasi.

Suster dengan sopan minta ijin kalau akan menyakitiku dengan menusukku dipergelanga tangan untuk memasukkan obat penahan sakit. 2 kali menusuk dan lumayan sakit tidak berhasil, "orang asia pembuluh darahnya begitu lembut sulit ditemukan" katanya. 

Akhirnya dokter Rahmad dokter nakose, keturunan palestinalah yang dengan baik sekali berhasil menusukkan jarum untuk aliran obat di pergelangan tanganku. 

Dokter Rahmad ini memasang masker narkose dan melontarkan beberapa pertanyaan dan penjelasan  ramah sampai aku tidak mendengar apa-apa lagi. Terakhir yang aku dengar hanya suara ribut bunyi plasti-plastik pembungkus alat-alat pelindung dibuka supaya tetap steril mungkin.

Dan akhirnya aku terjaga di Wachraum, atau ruang terjaga setelah OP. Lagi-lagi suara merdu suster-suster yang ramah. Setelah beberapa waktu tidak ada komplikasi , baik-baik saja dan  dibawah pengawasan sesudah OP, aku dijemput 2 suster  dari station Gynakilogi tempat dirawat.

Karena OP kecil saja dan keramahan suster dan dokter yang siap membantu. Aku sudah bisa menulis, meskipun jalan ke Toilete masih sangat pelan-pelan dan ditemani suster.

Dokter yang membantu dokter Lieb saat mengoperasiku dan ditemani student kedokteran baru saja  Visite dan menerangkan bagaimana OP tadi berjalan dan puji Tuhan semua sudah diperbaiki dan tinggal penyembuhan. Menerangkan dengan ramah pula.

Selain obat-obatan, peralatan canggih, dokter yang pintar, keramahan dan doa-doa dari anak-anakku, suamiku, ibuku, adik-adikku juga sahabat dan teman-teman menyembuhkanku. Terimakasih atas doa dan keramahan yang menyembuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun