Tempat tidur telah di tempeli namaku dan siap dijemput personal dari ruang OP. Tidak lama menunggu , kamar tidur diketok dan orang bule tinggi besar datang mendorong Bettku untuk dibawa ke kamar OP, lagi -lagi dengan ramah menyapa, "guten Morgen Fr. Assenheimer, saya Herr Mazek"(orang Eropa timur) menyapaku dengan ramah. Herr mazek mendorong Bettku dengan cepat dan sigap di lorong-lorong rumah sakit yang sempit dan melalui satu Aufzug atau Lift.
Sampai di ruang OP telah menunggu suster OP dengan keramahannya pula memintaku untuk pindah dengan cara menggeser tubuhku ke atas meja OP dan menyelimutiku dengan Decke yang hangat. Suster mengajukan beberapa pertanyaan mungkin untuk mencocokan supaya tidak salah mengoperasi.
Suster dengan sopan minta ijin kalau akan menyakitiku dengan menusukku dipergelanga tangan untuk memasukkan obat penahan sakit. 2 kali menusuk dan lumayan sakit tidak berhasil, "orang asia pembuluh darahnya begitu lembut sulit ditemukan" katanya.Â
Akhirnya dokter Rahmad dokter nakose, keturunan palestinalah yang dengan baik sekali berhasil menusukkan jarum untuk aliran obat di pergelangan tanganku.Â
Dokter Rahmad ini memasang masker narkose dan melontarkan beberapa pertanyaan dan penjelasan  ramah sampai aku tidak mendengar apa-apa lagi. Terakhir yang aku dengar hanya suara ribut bunyi plasti-plastik pembungkus alat-alat pelindung dibuka supaya tetap steril mungkin.
Dan akhirnya aku terjaga di Wachraum, atau ruang terjaga setelah OP. Lagi-lagi suara merdu suster-suster yang ramah. Setelah beberapa waktu tidak ada komplikasi , baik-baik saja dan  dibawah pengawasan sesudah OP, aku dijemput 2 suster  dari station Gynakilogi tempat dirawat.
Karena OP kecil saja dan keramahan suster dan dokter yang siap membantu. Aku sudah bisa menulis, meskipun jalan ke Toilete masih sangat pelan-pelan dan ditemani suster.
Dokter yang membantu dokter Lieb saat mengoperasiku dan ditemani student kedokteran baru saja  Visite dan menerangkan bagaimana OP tadi berjalan dan puji Tuhan semua sudah diperbaiki dan tinggal penyembuhan. Menerangkan dengan ramah pula.
Selain obat-obatan, peralatan canggih, dokter yang pintar, keramahan dan doa-doa dari anak-anakku, suamiku, ibuku, adik-adikku juga sahabat dan teman-teman menyembuhkanku. Terimakasih atas doa dan keramahan yang menyembuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H