Mohon tunggu...
Silva Hafsari
Silva Hafsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa HI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suka menulis di tengah hujan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Modernisasi Militer Cina, Ancaman bagi Kawasan Asia Tenggara?

28 Mei 2024   21:34 Diperbarui: 28 Mei 2024   21:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga kewaspadaan terhadap modernisasi militer Cina sangat layak untuk diperhatikan agar menjadi perhatian besar bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk dapat saling bekerjasama dalam bidang security and military.

Serta batu loncatan untuk mempertahankan kawasan tersebut agar lebih stabil dan menutup gerbang konflik terbuka dari pelbagai ancaman yang menyinggung kedaulatan negara. Tidak hanya dari segi militer, dampak dari modernisasi militer Cina dapat berpengaruh pada sektor ekonomi.

Kendati Cina menjadi mitra perdagangan penting bagi negara-negara di Asia Tenggara, tindakan-tindakan Cina dalam konflik wilayah dan modernisasi militer mereka dapat mempengaruhi hubungan perdagangan dan investasi di kawasan tersebut.

Pengaruh lainnya juga meliputi kepercayaan dan keyakinan negara-negara di Asia Tenggara terhadap Cina dan mendorong mereka untuk meningkatkan kemampuan pertahanan, bahkan memicu perlombaan senjata di kawasan Asia Tenggara.

Perihal tekad modernisasi Cina, tentu tak ada satu negara pun berhak menghentikan kebijakan negara tirai bambu dalam memperkuat pertahanannya karena berlandas sesuai National Interest negara bersangkutan namun akan ada dampak dari pengaruh kebijakan tersebut.

Bagi negara adikuasa, akan dibuat dilema atas perluasan dominasi peran Cina terhadap dunia, namun berbeda untuk kawasan Asia Tenggara, peningkatan kewaspadaan dalam ranah menjaga keamanan perbatasan regional akan semakin gencar guna mengantisipasi tindakan tak terduga dari negara pimpinan Xi-Jinping serupa dalam kasus terdahulu, Nine Dash Line.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun