Banyak pakar studi Hubungan Internasional menyebut, proyek modernisasi militer Cina akan menjadi kekuatan baru dan memperbesar pengaruh negara tirai bambu terhadap dunia.Â
Tekad transformasi militer tersebut disampaikan oleh pidato presiden Xi-Jinping pada 16 Oktober 2022 dengan semangat mewujudkan angkatan bersenjata Cina menjadi militer kelas dunia bersamaan dengan momentum perayaan 100 tahun berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat yang jatuh pada Agustus 2027.
Negara Republik Rakyat Cina (RRC) sebagai negara kekuatan dunia setelah Amerika Serikat gencar bersaing dalam berbagai sektor mulai dari perekonomian hingga persenjataan. Keberhasilan Cina mempertahankan proteksionisme di dalam pasar sendiri membuat negara tersebut agresif mencari mitra internasional untuk mempermudah alur perdagangan bebas Cina ke pasar global.Â
Tidak hanya itu, peran Cina dalam membangun dan memperluas hubungan dengan negara-negara menjadi pemicu sifat interdependensi. Dalam hal ini kategorisasi Cina sebagai negara core (utama) dapat dengan mudah menggandeng negara-negara periferi, dan semi periferi. Dimana negara-negara Asia Tenggara banyak tergolong dalam kedua jenis tersebut.
Meskipun hubungan mutualisme antara Cina dan negara-negara kawasan ASEAN berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, Cina seringkali memicu kehadiran konflik seperti pada kasus klaim Cina terhadap Nine Dash Line, sembilan garis putus-putus di Laut Cina Selatan (LCS). Â
Hal tersebut menunjukan tingkat powerful sebuah negara, mengidentifikasikan tindakan di dunia Internasional, mereka akan lebih agresif dan terkesan seperti ancaman bagi negara-negara powerless disebabkan oleh uncapability dalam bargaining position.
Transformasi Modernisasi Militer Cina
Ambisi modernisasi militer Cina pada 2027 nanti, berpotensi memicu ketegangan di antara negara berkuasa untuk saling memperebutkan kekuasaan skala global. Hal ini berpengaruh terhadap eksistensi Cina yang akan lebih besar dan kuat sehingga negara adikuasa, seperti AS, Inggris, Francis dan Rusia akan lebih waspada terhadap pergerakan yang Cina lakukan.Â
Terlebih banyak konflik bermula dari persaingan antara negara kekuatan dunia dalam berbagai sektor seperti perdagangan, ekonomi, dan pertahanan.
Ketegangan Cina dan Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara
Modernisasi militer Cina perlu menjadi perhatian besar bagi kawasan Asia Tenggara karena negara tersebut sering menyinggung kedaulatan negara lain untuk mengutamakan kepentingan nasionalnya.
Berkaca pada konflik Laut Cina Selatan, Cina selalu bertindak secara unilateral dalam keputusan yang diambilnya termasuk pengajuan klaim Nine Dash Line. Meskipun respon dari Mahkamah Arbitrase menolak pengajuan 9 garis imajiner karena tumpang tindih dengan garis ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif).