“aku hanya ingin membahagiakanmu,”
“bukan dengan cara itu Lice, aku hargai niatmu itu. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja.”
“No, aku ingin dirimu, bukan pekerjaan ini!”
“Ya, aku ingin istri dan keluargaku yang utuh, bukan dirimu.”
Dia menangis dan meninggalkan ruanganku. Hidupku begitu complicated, namun aku harus tetap memilih dan aku memilih istriku yang selalu menemani disetiap pasang surut kehidupanku. Aku ceritakan kejadian tadi siang kepada istriku, dia hanya membalas dengan senyuman. Entah apa maksud dari senyuman istriku itu, yang jelas ia telah memenangkan hatiku.
Sejak kejadian itu, aku kembali menyibukkan diri bersama keluarga kecilku. Aku tak ingin menyediakan ruang hampa dalam diriku. Aku tak ingin ada lagi Alice yang lain yang mengisi kekosongan itu, aku hanya ingin istriku. Hanya ia yang boleh mengisi hatiku, hati yang dapat berbolak balik karena keadaan, emosi dan lingkungan. Istriku paham betul jika ia menggunakan cara keras dalam menghadapiku mungkin keluarga ini sudah lama tidak utuh. Namun dengan kesabaran dan ketekunannya dalam menghadapi segala situasi bersamaku, ia paham betul karakterku. Ia benar benar bisa mengendalikanku dan mengarahkanku agar tidak tersesat.
Aku bangga padamu bidadariku. I Love You.