Aku menarik napas dalam. "Sebenarnya saya tidak ingin menyalahkan, pak. Namun, kejadian bapak ini mirip dengan Bu Rohali yang sering menjadi pelanggan di sini. Ia sering membeli barang yang sama, dalam kasusnya yaitu barbie America. Ia mengaku memang anaknya sering bertindak kasar. Sekali lagi, pak, saya tidak ingin menyalahkan. Tapi, apakah bapak pernah menemani anak bapak bermain. Atau melihatnya? Jam tangan jenis ini biasanya akan rusak jika dibanting -- banting, pak."
Sebaliknya dari yang kuduga, bapak itu memberikanku sorot mata tajam. Namun, kemudian ia mengambil salah satu kemasan jam tangan itu. Di dalam hati aku mengelus dada dengan lega.
"Beli, pak, satu lagi. Semoga kali ini tidak rusak."
"Semoga, pak. Nah, sudah diproses. Boleh dibawa pulang, pak."
Bapak itu pun keluar dengan kemasan jam tangan di tangannya. Sebenarnya, jam tangan itu sudah banyak diprotes pelanggan. Sering rusak. Itulah sebabnya aku menghentikan supplynya. Bukan karena laku.
Seorang ibu -- ibu menghampiriku. Ia bertanya. "Mas, ada tidak, ya, mainan handphone buatan? Anak saya sering merengek minta handphone saya. Saya tidak suka handphone saya diutak -- atik sama anak saya. Ada mas? Ada ya?"
Loh kok maksa? Hihi. "Ada, bu. Ke sini, mari."
Sang ibu membuang napas lega. Kami pun berjalan menuju stand mainan berdus. Ada yang dus -- dus besar, ada pula yang dus -- dus kecil. Dus -- dus besar biasanya mainan mobil -- mobilan, pistol -- pistolan, sedang dus -- dus kecil seperti handphone dan action figure. Aku menunjukkan handphone -- handphone mainan, tapi sepertinya perhatian sang ibu tidak tertuju ke sana.
"Spiderman ini asli mas, ya? Kok keliatannya bagus banget?"
"Tentu saja, bu. Ini buatan China. Top quality. Tidak mudah rusak, bu. Lihat, bisa dilentur -- lenturkan, bukan? Bagus sekali, bu."
"Ah, menarik sekali, pak. Anak saya pasti suka ini?"