Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Joko Tingkir [Novel Nusa Antara]

20 Mei 2020   09:24 Diperbarui: 20 Mei 2020   09:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Selamat datang di Pelabuhan Ketapang."

Joko Tingkir, I Putu Wikarna, dan anaknya segera turun dari kereta. Sang saudagar kain mulai membereskan barang bawaannya yang berada di bagian belakang kereta kuda, sementara Joko Tingkir berjalan -- jalan mengitari sisi pelabuhan. Air jernih membuatnya ingin menceburkan diri, namun melihat kedalaman air dan bebatuan di sisi dermaga, ia mengurungkan niatnya. Sebuah kapal berukuran panjang kira -- kira lima puluh depa dan lebar sepuluh depa sedang bersandar di tepi pelabuhan. Beberapa orang terlihat berbincang -- bincang di atas kapal. Beberapa lainnya memanggul barang bawaan mereka menaiki tangga kapal. Di samping tangga kapal seseorang berteriak -- teriak.

"Bali! Bali! Sebentar lagi angkat sauh! Satu cetak perak saja. Bali!"

I Putu Wikarna menepuk pundak Joko Tingkir. Di sampingnya sang anak membawa kain -- kain yang terbungkus rapi oleh sebuah kain besar.

"Ayo, mari kita berangkat, Tingkir. Kuperlihatkan padamu keindahan Kerajaan Bali saat kita mendarat nanti."

Joko Tingkir tersenyum, "Baik, paman, silakan duluan, aku ingin menghabiskan waktuku di tanah Jawa ini."

"Baiklah, kami naik duluan."

I Putu Wikarna bersama anaknya memberikan salam sebelum melangkah naik menuju kapal. Joko Tingkir melanjutkan aktivitas melangkah mengitari dermaga.

Sembari melangkah Joko Tingkir mengamati orang -- orang yang berada di dermaga. Sang kenek kapal masih sibuk mencari -- cari penumpang sebelum berlayar menuju pulau seberang. Mukanya menunjukkan raut wajah penuh kecemasan. Joko Tingkir berpendapat kapten kapal mungkin menuntutnya terlalu jauh.

Seorang ibu membawa anaknya sembari meminggul barang bawaan. Sang ibu sedang berbadan dua, menggenggam tangan anaknya yang masih berusia belia. Wajahnya terlihat tenang dan bersahaja. Seorang pemuda mengikutinya dari belakang. Mungkin ini kakak dari anak yang ia genggam. Dan juga dari perutnya.

Beberapa pemuda berusia belasan berlarian dengan canda tawa sebelum menaiki tangga kapal. Mereka sama sekali tidak membawa barang bawaan. Jelaslah bagiku, mereka hendak bermain -- main di Pulau Dewata. Sungguh menyenangkan memiliki teman sepermainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun