Lisa sedikit tergugah. Apa itu post traumatic syndrome? Apakah itu masalah besar?
"Ya, bapak dulunya adalah konsultan keuangan di sebuah perusahaan finance. Tuh perusahaannya, semua orang juga tahu." ujarnya sambil menunjuk sebuah perusahaan di pinggir jalan sembari lewat.
"Bapak terpaksa berhenti, karena setelah istri melahirkan, ia terkena penyakit yang tadi bapak sebutkan. Sebabnya adalah ia melahirkan secara caesar. Lahiran itu sebenarnya bukan masalah. Istri dan bayi bapak kembali secara sehat. Namun omongan orang - orang di sekitarnyalah yang bermasalah. Ibu mertua, bibi, dan sanak saudara, bilang kalau melahirkan secara caesar, tidak dianggap melahirkan. Melahirkan yang seharusnya, harus melalui bawah kaki. Istri saya jadi depresi mendengar omongan itu. Ia pun menjadi sakit - sakitan. Yang harusnya menyusui, malah mengurung diri di kamar. Terpaksa saya serahkan anak bayi saya kepada inang pengasuh. Bapak pun tidak bisa jauh - jauh dari rumah. Ya, bapak sebenarnya baru dapat tiga orderan ini karena pilih - pilih. Bapak harus dekat rumah, supaya jika istri perlu, bapak bisa langsung pulang ke rumah. Kata dokter ia bisa tendensi untuk bunuh diri."
Hanya satu ucapan panjang yang diucapkan oleh sang supir, membuat Lisa tersentak. Tangisnya kini sudah berhenti. Ia bahkan secara tidak sadar menahan napas. Melihatnya melalui kaca spion, sang supir menyunggingkan senyum.
"Apakah Lisa melihat bapak bersedih dan putus asa? Tentu tidak, bukan? Bapak masih tetap semangat dalam menjalani hidup. Karena masih ada harapan. Masih ada harapan istri bapak akan sembuh. Lisa bagaimana? Masih sedih memikirkan teman - teman?"
Lisa tidak menjawab perkataan sang supir. Ia hanya bertanya dua pertanyaan.
"Nama bapak siapa? Apakah Lisa bisa bantu bapak?"
Sang supir tersenyum, "Nama bapak Antono. Tidak perlu, Lisa. Tidak perlu. Lisa anak baik yang masih punya masa depan. Lagipula yang dibutuhkan oleh istri bapak adalah dorongan moral. Ya, kehadiran bapak ini."
Pelan - pelan, Lisa mengeluarkan pengakuan.
"Lisa mohon maaf, Pak. Ternyata masalah Lisa tidak seberapa yang bapak punya. Lisa jadi tidak enak. Apakah benar tidak ada yang bisa Lisa bantu, Pak?"
Antono menggeleng pelan, "Tidak usah, Lisa. Bapak ulang: Lisa anak baik. Cukup persiapkan masa depan dengan baik - baik. Nah, sudah sampai, yang pagar hijau, ya?"