Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cornelis De Houtman [Novel Nusa Antara 3]

7 Mei 2019   12:31 Diperbarui: 7 Mei 2019   12:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seketika seluruh awak kapal dipenuhi kesibukan. Seseorang memanjat tiang kapal dan menurunkan layar, walaupun Cornelis tahu bahwa hal itu sia -- sia, karena tidak ada angin berhembus. Beberapa turun ke lambung kapal dan mulai menurunkan dayung ke dalam air laut, beberapa menunggu dengan cemas di bawah pos pengintaian. Cornelis memahami hal ini, karena jika yang muncul adalah sebuah man of war, maka perang akan segera terjadi.

"Sebuah galleon biasa! Bukan! Bahkan hanya sebuah carrack!"

Sorak -- sorai terdengar dari bawah pos pengintaian. Orang -- orang bertambah sibuk. Cornelis ikut bersemangat. Ia kembali ke kabinnya, dan mengambil senapan mesiu. Di pintu keluar ia hampir bertabrakan dengan Jan Poppen dan Gerrit van Beuningen. Jan Poppen tersenyum senang.

"Inilah makan siang kita, kawan!"

Cornelis bergegas menuju geladak. Carrack Portugis sudah terlihat oleh mata. Tepat sesuai dengan laporan sang pengintai, ukuran kapal itu lebih kecil daripada sebuah galleon, dan tentu bukan bandingan bagi Amsterdam, bahkan Hollandia sekalipun. Kapal itu sedang bergerak menuju utara, berlawanan dengan ketiga kapal Belanda. Sebuah bendera berwarna merah dan hijau, dengan sebuah bola emas di pinggir, melambai secara malu -- malu di puncak tiang kapal. Cornelis menggunakan teleskopnya. Orang -- orang di atas kapal sana pun sama paniknya, ada yang mengambil senapan, ada yang menyiapkan pedang, ada yang mengeluarkan dayung.

Sang petinggi dewan menyadari sesuatu. Biasanya kapal yang akan segera bentrokan akan melanju secara diagonal dan mengeluarkan meriam dari lambung kapal. Namun carrack Portugis ini melaju secara lurus, bahkan cenderung menghindari Amsterdam dan kawan -- kawan. Kapal ini tidak memiliki meriam! Ini hanya kapal dagang biasa saja! Cornelis menengadah ke anjungan di mana kemudi kapal berada, beradu tatapan dengan Peter Keyser, sang navigator kapal. Sang juru mudi memahami. Ia melaju secara miring, membiarkan kayuh membawa Amsterdam mendekati carrack Portugis. Meriam -- meriam bersiap.

"Bersiap!" ujar Keyser dengan lantang, "Tembak!"

Dentuman dan letusan mewarnai pagi cerah tanpa awan, tanpa angin, dan tanpa perlindungan dari terik matahari. Sebagian besar dari bola itu jatuh di lautan. Satu mengenai tiang kapal utama, membuat orang -- orang Belanda bersorak, satu lagi mengenai buritan, membuatnya keropos dan miring. Para pedayung Portugis menarik dayungnya karena ketakutan. Kapal itu kini tidak bergerak, tidak berkutik, berdiam untuk menunggu nasibnya.

"Bersiap!" ujar Keyser, dan para awak kapal menyiapkan kembali bubuk mesiu untuk menembak.

"Tunggu!" teriak Cornelis menghentikan aba -- aba. Keyser menatap Cornelis untuk mencari tahu maksud sang petinggi dewan.

"Jangan tenggelamkan kapal itu! Ia pasti memuati pasokan yang berharga! Kita dekati kapal itu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun