Sang dosen pun mendapat teguran dari pihak kampus. Setelah pemeriksaan oleh sebuah tim yang dibentuk, dosen ini dianggap lalai.
Dan dia pun masih beberapa kali mendapatkan teror dari mahasiswa. Bahkan mahasiswa dalam chatnya mengungkapkan beberapa kalimat. Bagi sebagian kita rangkaian kalimat itu pasti membuat mengelus dada.
"Kalau mau lapor polisi lapor lah sekarang mumpung kamu belum tambah tua. Saya dan pasukan pun juga sudah siap counter buat ancurin kamu"
"Kalau uang penghasilan mu belum cukup bilang sini, saya kasih gaji tambahan. Ayo sini. Kapan mau ketemu. Saya kasih kamu tambahan uang jajan biar kamu ngajarnya bener"
Bapak ibu, saudara sekalian apa yang dilakukan si mhasiswa ini memang tidak bisa dibenarkan. Sekali lagi tidak bisa dibenarkan. Tapi di sisi lain hal ini bisa jadi teguran atau masukan buat gaya pendidikkan kita.
Sekarang zamannya udah beda. Zaman millenial katanya. Bukan lagi zaman kolonial. Anak millenial itu pinter-pinter, tingkat melek teknologinya sangat tinggi. Banyak diantaranya yang pada usia mahasiswa sudah mampu menghasilkan banyak uang. Jutaan, puluhan juta bahkan ratusan juta dengan cara berdagang online, menjadi youtuber, membuat aplikasi program, trading online dan banyak lagi.Â
Suatu hal yang mutlak tidak bisa dilakukan oleh para pengajar berusia tua di masa lampau. Zaman kini sudah bisa ditemukan mahasiswa yang sudah memiliki penghasilan jauh lebih besar bahkan dari dosen pengajarnya yang penghasilannya tidak seberapa kalau hanya dari mengajar. Dosen kerjane Sak-dos, gaji-ne sak-sen. Begitulah sebuah ungkapan lama.
Cara memperlakukan anak-anak millenial dalam pendidikkan ini tentulah tidak bisa dengan gaya kolot, atau gaya kolonial seperti zaman dulu.
Anak-anak millenial lebih suka hubungan setara sebagai teman. Ini kadang berlawanan dengan banyak pengajar di Universitas yang masih menerapkan gaya kolonial. Bahwa dosen dan mahasiswa itu harus seperti atasan-bawahan, majikan-pembantu, atau bahkan kolonial-rakyat koloni. Ini tentu sudah bukan zamannya lagi.
Banyak pengajar zaman sekarang di kampus-kampus yang masih mengharapkan mahasiswa itu menunggu lama berjam-jam menantikan dirinya, atau mengharapkan mahasiswa bingung-bingung dulu buat skripsi dikerjai dulu suruh ini suruh itu. Dipingpong dulu suruh ke sini dan ke sana. Ada kan yang masih menganut model begitu?
Masih ada juga pengajar/dosen yang bilang "ah dulu juga saya nunggu pembimbing sampai 7 jam. Ini baru nunggu 2 jam saja sudah protes. Cengeng"