Mohon tunggu...
Devina Susanto
Devina Susanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sel Punca, Solusi Kerusakan pada Ginjal?

22 Oktober 2017   21:04 Diperbarui: 22 Oktober 2017   21:07 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah sel punca mampu memperbaiki ginjal yang mengalami kerusakan atau kegagalan?

Kali ini, saya akan membahas mengenai hal tersebut.

APA ITU SEL PUNCA?

Nama sel punca berasal dari kata 'punca' yang berarti 'awal mula', karena sel punca merupakan sel yang menjadi awal dari pertumbuhan sel-sel lain.

Sel punca adalah sel yang belum berdiferensiasi yang mampu berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel. Sel punca mampu memperbanyak diri dengan cara mitosis. Sel punca berfungsi sebagai sistem perbaikan, sehingga mampu untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Sel punca dapat ditemukan pada organisme multiseluler dan disebut juga sel multifungsi.

Berdasarkan tingkat maturasi, sel punca dibedakan menjadi dua:

  1. Sel punca embrionik (embryonic stem cells)

Sel punca embrionik bersifat pluripoten, sehingga secara logis mampu mengobati penyakit degeneratif apapun. Sel punca embrionik juga memiliki daya proliferasi yang tinggi.

  1. Sel punca dewasa (adult stem cells)

Sel punca dewasa bersifat multipoten dan kemampuan berdiferensiasinya lebih rendah dibandingkan dengan sel punca embrionik. Sel punca dewasa dapat ditemukan antara lain pada otak, sumsum tulang belakang, dan darah.

Berdasarkan asalnya, sel punca dibedakan menjadi sel punca embrionik (embryonic stem cells), sel germinal/benih embrionik (embryonic germ cells), sel punca fetal, sel punca dewasa (adult stem cells), dan sel punca kanker (cancer stem cells).

Sel punca bersifat pluripoten atau multipoten, tergantung pada jenis sel punca tersebut. Pluripoten adalah kemampuan sel untuk berdiferensiasi menjadi sel apapun yang berasal dari ketiga lapisan embrional: ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Multipoten adalah kemampuan sel untuk berdiferensiasi hanya menjadi beberapa jenis sel yang biasanya berada dalam suatu golongan, seperti sistem saraf atau sistem hematopoietik (pembentukan darah).

Potensi sel punca dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit degeneratif tidak diragukan lagi. Sebagai informasi, penyakit degeneratif adalah kerusakan yang terjadi pada sel-sel dalam suatu jaringan atau organ, dimana kerusakan tersebut bersifat irreversible sehingga obat-obatan yang tersedia saat ini hanya untuk memperlambat atau mencegah terjadinya kerusakan yang lebih luas. Penyakit degeneratif antara lain penyakit stroke, jantung, diabetes, kanker, Alzheimer, Parkinson, dan osteoporosis.

Penyembuhan penyakit degeneratif adalah dengan cara melakukan terapi sel punca. Ada tiga sumber sel punca: Allogenic Stem Cell yang berasal dari orang lain, Autologous Stem Cellyang berasal dari diri sendiri, dan Xeno Stem Cellyang berasal dari hewan. Di antara ketiga sumber sel punca, sumber yang dianggap paling aman (karena bebas dari efek samping) dan efektif adalah sel punca yang berasal dari tubuh sendiri.

Terapi sel punca dimaksudkan untuk menggantikan sel-sel yang telah mati dan rusak dengan sel baru yang masih sehat sehingga mampu untuk mengobati berbagai macam penyakit tidak menular seperti kanker. Sel punca yang didapatkan dari orang lain bisa dari darah tali pusar, sementara jika dari diri sendiri bisa diambil dari sumsum tulang belakang, lemak, dan darah.

Dalam terapi sel punca digunakan alat perantara agar sel punca dapat langsung sampai ke target yang dicapai, karena dikhawatirkan sel punca tidak akan mencapai organ yang diinginkan bila menggunakan metode infus. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena ketika memasuki tubuh, sel punca akan mencari sel rusak terdekat yang bisa diperbaiki yang kemungkinan bukan sel pada organ yang ingin untuk diperbaiki.

Namun, seperti obat-obatan pada umumnya, terapi sel punca juga memiliki efek sampingnya sendiri. Terapi sel punca yang menggunakan sel punca embrionik dapat beresiko tinggi menimbulkan tumor karena sel punca embrionik memiliki daya proliferasi yang tinggi. Proliferasi sendiri adalah fase sel ketika mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan. Selain itu, pasien yang menjalani terapi sel punca juga beresiko mengalami infeksi, perkembangan sel punca embrionik yang menjadi tidak teratur atau secara spontan malah berkembang menjadi berbagai tipe sel, GVHD (Graft-Versus-Host-Disease), hingga kematian. GVHD adalah ketika sel-sel tubuh penerima menyerang sel-sel punca, dimana salah satu factor pemicunya adalah ketidakcocokan antigen antara penerima dengan donor (jika sel punca yang digunakan berasal dari orang lain).

Penyakit pada ginjal biasanya berhubungan dengan kerusakan yang terjadi pada nefron -- yaitu unit fungsional terkecil pada ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan duktus koligentes. Perlu diketahui bahwa ginjal tidak mampu membentuk nefron baru, maka kerusakan pada nefron dikarenakan adanya penyakit ginjal menyebabkan jumlah nefron akan turun secara bertahap. Maka dari itu, kerusakan yang terjadi pada nefron bisa menyebabkan penyakit ginjal akut maupun kronis.

Pada penyakit ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, yang biasanya disebabkan karena tubuh kehilangan banyak darah. Meskipun biasanya kondisi ini hanya bersifat sementara saja, tetapi pada beberapa kasus dapat berujung pada gangguan ginjal permanen, seperti penyakit gagal ginjal.

Ginjal hanya berfungsi kurang dari 10% pada penyakit gagal ginjal. Untuk mampu bertahan hidup, maka penderita penyakit gagal ginjal membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.

Dengan ditemukannya bahwa sel punca mampu memperbaiki sel-sel pada organ yang mengalami kerusakan, penderita penyakit gagal ginjal tidak perlu menjalani dialisis atau transplantasi ginjal karena bisa melakukan terapi sel punca. Apalagi, jika menjalani transplantasi ginjal, ada hambatan yaitu akan memakan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan donor organ ginjal yang cocok dengan si pasien, sementara dengan sel punca tidak diharuskan mendapatkan donor dari orang lain melainkan bisa menggunakan dari diri sendiri.

Beberapa macam sel punca yang didapatkan dari sumsum tulang belakang telah diujikan pada hewan untuk mengetahui sel manakah yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit pada ginjal. Dari seluruh sel yang diteliti, ada satu macam sel yang dianggap paling menjanjikan hingga saat ini, yaitu sel punca mesenkim/Mesenchymal Stem Cells (MSCs).

Menurut para peneliti, sel punca yang diambil dari sumsum tulang belakang, atau Bone Marrow Derived MSCs(bmMSC) mampu menghasilkan protein yang dapat membantu perkembangan sel pada ginjal, mencegah kematian sel, hingga mendorong sel punca yang dimiliki oleh ginjal untuk memperbaiki kerusakan pada ginjal. Sejauh ini, para peneliti merasa bahwa sel punca yang berada pada ginjal dewasa kemungkinan dapat ditemukan pada urinary pole, seperti yang ditunjukkan di gambar berikut yaitu area yang berwarna biru.

Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal tersebut benar-benar terbukti.

Sel-sel yang memiliki kemiripan dengan sel punca mesenkim (Mesenchymal Stem Cells/MSCs) juga ditemukan di beberapa organ lain selain pada sumsum tulang belakang, meskipun ada perbedaan pendapat antar ilmuwan mengenai jenis sel dan sifat dasarnya beserta peran dan manfaat dari sel tersebut bagi tubuh kita. Diketahui pula bahwa sel-sel tersebut -- sel yang mirip dengan sel punca mesenkim (MSCs) -- ternyata terisolasi dari ginjal. 

Sel-sel tersebut yang disebut dengan sel punca ginjal atau kidney MSCs(kMSCs), meskipun memiliki kemiripan, namun ternyata sama sekali berbeda dari sel punca tulang belakang, atau Bone Marrow MSCs(bmMSCs).  Sekali lagi, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi peran dari sel punca ginjal atau kidney MSCs(kMSCs) pada ginjal yang masih normal atau sehat, dengan kata lain tidak memiliki gangguan apapun, dan juga untuk menggali lebih dalam mengenai kesanggupan atau kemampuan sel tersebut dalam meningkatkan kemampuan ginjal untuk meregenerasi atau memperbaiki organ apabila mengalami kerusakan, kegagalan, atau gangguan.

Terapi sel punca mulai dikembangkan di dunia pada tahun 1996 dan baru dikembangkan di Indonesia pada tahun 2007, sehingga terapi sel punca ini masih relatif baru. Wajar saja apabila terapi tersebut di Indonesia masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Namun sel punca yang bersumber dari embrio, atau sel punca embrionik (embryonic stem cells) belum dikembangkan di Indonesia karena etikanya masih diperdebatkan, sehingga sejauh ini yang sudah dikembangkan lebih lanjut adalah sel punca yang berasal dari tubuh pasien sendiri atau autologous stem cellsdan sel punca yang berasal dari orang lain, atau allogenic stem cells.

Meski masih merupakan alternatif pengobatan atau penyembuhan yang bisa dibilang baru dan belum menjadi layanan standar, namun ternyata hasil yang didapatkan cukup menggembirakan, sehingga para ahli yakin bahwa terapi sel punca akan mampu menjadi solusi bagi berbagai macam penyakit degeneratif, dan salah satunya adalah penyakit atau gangguan pada ginjal. Tentu saja dalam proses penelitian ditemui beberapa kendala atau hambatan, dimana salah satunya adalah karena struktur ginjal yang sangat kompleks dan terdiri dari berbagai macam sel di dalamnya. 

Karena itu, kerusakan atau gangguan ginjal antar masing-masing penderita penyakit ginjal bisa saja berbeda-beda karena sel yang mengalami kerusakan belum tentu sama. Hal itu menyebabkan pelaksanaan terapi sel punca hanya bisa dianggap efektif apabila sudah diketahui sel manakah yang rusak dan perlu digantikan dengan sel punca. Selain itu, diperlukan pula pemahaman oleh para ilmuwan mengenai proses perbaikan organ tersebut secara normal sebelum mereka bisa mengembangkan penerapan terapi sel punca.

Tentu akan memakan waktu yang tidak singkat sebelum terapi sel punca bisa menjadi layanan yang tidak lagi diklasifikasikan menjadi sebuah riset saja, namun hal tersebut perlu dilakukan supaya kemungkinan terapi sel punca sukses dilakukan menjadi tinggi dan akhirnya menjadi solusi dari penyakit degeneratif.

 Sejauh ini juga sudah banyak pasien yang menjalani terapi sel punca dan berhasil. Hal itu menjadi bukti bahwa dengan adanya terapi sel punca, penyakit kronis yang banyak dibilang tidak bisa disembuhkan, nyatanya berhasil disembuhkan. Dengan adanya keberhasilan dari tahapan riset, maka sel punca menjadi harapan bagi pengobatan berbagai macam penyakit di Indonesia, dan juga dunia, menggantikan pengobatan atau penyembuhan menggunakan obat biasa atau terapi konvensional.

Menurut saya, sel punca memang mampu menggantikan organ atau jaringan pada ginjal yang mengalami kerusakan atau kegagalan karena sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi atau terspesialisasi sehingga sel punca mampu berdiferensiasi menjadi sel yang rusak apapun yang berada di dekatnya bila diinjeksikan ke ginjal. Meski begitu, penerapan terapi sel punca memiliki bermacam-macam resiko mulai dari infeksi hingga muncul tumor yang tidak diinginkan pada tubuh, sehingga dianjurkan untuk memiliki pemahaman yang benar mengenai terapi sel punca sebelum menjalaninya.

Akhir kata, saya berharap tulisan ini bisa memberi informasi yang dibutuhkan maupun menambah wawasan pembaca semua. Saya mohon maaf apabila terjadi kesalahan ketik maupun ketidakakuratan informasi yang tertera dalam tulisan saya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun