Di sudut ruang, memori berdebu terdiam,
Mengendap, tak tersentuh, namun tak pernah padam.
Bagai bayang yang enggan memudar,
Menyelinap di celah hari, hadir tanpa sadar.
Ada kenangan yang ingin kubiarkan terlupa,
Namun ia muncul di sela tawa yang sunyi.
Serpihan kisah yang tak hendak kuingat,
Tapi berbisik lembut, tak pernah sepenuhnya hilang.
Sudut ruang itu penuh rindu yang pudar,
Tak lagi indah, hanya sisa dari waktu yang singkat.
Kusimpan rapat, berharap ia lenyap,
Namun ia tinggal, setia dalam diam yang pekat.
Kadang di malam, ia datang menyapa,
Membawa rasa yang tak kuundang,
Bayangan samar yang memanggil kembali,
Menghadirkan luka yang tak lagi kubutuhkan.
Di setiap sudut yang kusengaja hindari,
Ada rasa yang membekas, tak terhapus.
Kenangan pahit yang tak ingin kuingat,
Namun menunggu, tersenyum di pojok tergelap.
Mengapa ia tak mau beranjak pergi?
Padahal kuharap ia hanyut bersama waktu.
Terselip di sudut, di sela jiwa yang lelah,
Kenangan bisu yang tak kunjung reda.
Mungkin ini hukuman dari hati,
Yang tak ingin sepenuhnya melupakan.
Namun sudut ruang itu, meski sembunyi,
Tetap saja menyimpan cerita yang tertinggal.
Dan aku, berjalan dengan kenangan di sana,
Menunduk tiap melewatinya, pura-pura lupa.
Tapi dalam hati, aku tahu ia ada,
Menunggu sunyi untuk kembali bicara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI