Mohon tunggu...
Theodolita Salsabila
Theodolita Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Segudang Khasiat Dalam Tradisi Menginang

15 Oktober 2021   11:21 Diperbarui: 30 Oktober 2021   12:36 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad Saipullah/2010912110002

Risma Dwi Noviasari/2010912320014

Silvi Lidiawati/2010912320019

Theodolita Salsabila/2010912120005

Indonesia merupakan negara pluralisme, yang memiliki beragam budaya dan tradisi di dalamnya dan memiliki beragam etnis bermukim di wilayah ini. Etnisnya tersebar di berbagai kepulauan-kepulauan di dalam kawasan yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Masyarakat Indonesia adalah heterogen dengan beraeneka ragam macam suku bangsa, bahasa, agama, adat-istiadat dan lainnya. Seperti halnya, tradisi-tradisi yang ada pada saat ini masih ada di masyarakat yang menjadi kekayaaan bangsa Indonesia dalam kebegaraman budaya dan adat-istiadat. Menurut KBBI tradisi adalah sebuah adat kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun dari leluhur hingga generasi selanjutnya. Nginang merupakan sebuah kebiasaan mengunyah sirih dan ramuan lainnya seperti kapur, gambir, pinang dan tembakau, yang kemudian diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu hingga sekarang (1).

Kata "Nginang" berasal dari Jawa dan berasal dari suku kata pekinangan yang berarti "Wadah". Menginang atau biasa yang dikenal dengan sebutan menyirih merupakan salah satu tardisi yang dimiliki bangsa Indonesia. Menyirih merupakan kegiatan yang telah bersifat turun-temurun yang berhubungan dengan upacara dan kegiatan budaya serta sosial. Kebiasaan menginang telah dimulai sejak 2000 tahun yang lalu di daerah Asia Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan (2).

Menginang merupakan suatu kebiasaan mengunyah biji pinang, kapur sirih, gambir dan sirih dan dilakukan sebagai kebiasaan sehari -- hari oleh nenek moyang terdahulu. Semua bahan menginang, memiliki banyak kandungan senyawa kimia bermanfaat. Warisan budaya turun menurun ini keberadaanya hampir punah. Seiring dengan perkembangan zaman, sulit menemukan orang dengan kebiasaan menginang didaerah, hal ini dikarenakan mulai tergantikan dengan produk pasta gigi kimia. Padahal pasta gigi kimia di pasaran memiliki tingkat bahaya tinggi bagi kesehatan karena mengandung bahan kimia berbahaya bagi kesehatan mulut dan gigi. Menginang telah dilakukan sejak zaman dahulu yaitu sekitar 3000 tahun lalu. Kebiasaan menginang dilakukan mulai dari usia remaja sampai orang tua yang dengan tujuan dapat memperkuat gigi (3).

Menurut penelitian Junaidin (2017), menginang merupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat di daerah Sambori, kebiasaan masyarakat sambori memakan daun sirih selain bermanfaat sebagai pengusir kuman penyakit atau penguat gigi juga dikarenakan suhu di daerah Sambori yang dingin sehingga masyarakat Sambori memakan daun sirih yang dicampur dengan tembakau untuk menghangatkan badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun