Tak cuma akhir tahun, tingkat kesibukan dan jadwal yang padat rasanya hampir merata sepanjang tahun. Tuntutan deadline, Â rutinitas harian yang padat seolah tanpa jeda, tiba-tiba ini, tiba-tiba itu, nyaris membuat kepala hampir pecah! Â
Buntutnya, berimbas pada rasa lelah, jenuh, tidak fokus pada pekerjaan. Parahnya lagi, tensi meningkat, dan bawaannya jadi marah-marah melulu. Whoaaaaa!!!
Apalagi bila jatah cuti tahunan sudah habis. Mau bolos sehari, bisa kena ulti Pak Bos. Tunjangan bisa dikebiri, dengan alasan kinerja tak maksimal. Â Alamak.Â
Kalau kasusnya sudah begini, perlu mengendurkan urat-urat syaraf yang semakin tegang. Pekerjaan itu tidak akan pernah ada habisnya. Jadi, carilah  cara untuk mencintai diri sendiri, meski sesaat.Â
Lokasi Gua Kristal mudah dijangkau
Alam adalah salah satu tempat terbaik untuk memberikan penyembuhan bagi jiwa. Nah, buat Anda yang ada di daerah Kupang dan sekitarnya, ada banyak lokasi yang menawarkan keindahan alam yang mudah dijangkau. Salah satunya adalah Gua Kristal.
Nama Gua Kristal sendiri bukan berarti ada batu kristal sungguhan di dalam gua. Masyarakat lokal menyebutnya demikian, karena ketika disinari cahaya, Â air yang berwarna biru akan memantulkan kilauan indah menyerupai kristal.Â
Gua Kristal letaknya berdekatan dengan Pelabuhan Bolok Kupang. Jarak tempuh dari pusat kota kurang lebih 20 hingga 30 menit berkendara.Â
Jalan beraspal menuju Gua Kristal sangat mulus, kecuali jalan masuk ke lokasi parkir kendaraan. Anda akan disambut dengan jalanan yang berlubang sepanjang kurang lebih 200 meter.
Dari tempat parkir, harus berjalan kaki sejauh 300 meter menuju gua, melintasi tanah milik penduduk setempat. Harus hati-hati melangkah, karena batu karang yang tajam menyembul diantara tanah yang tak rata.Â
Bukan kristal sungguhan
Untuk masuk ke dalam gua, Anda harus membayar 10.000 rupiah bila berencana mandi di dalam gua, dan 5000 rupiah bila tidak mandi.Â
Pengalaman menuruni dinding gua yang licin dan terjal ke kolam payau di dasar gua, tidak semudah ketika naik kembali ke mulut gua. Namun, keduanya sama-sama  memacu adrenalin dan sama-sama butuh kewaspadaan.Â
Cahaya matahari tidak cukup kuat untuk masuk hingga ke dasar gua, karenanya butuh pencahayaan tambahan. Berbekal lampu dengan pencahayaan yang cukup, penjaga akan mengarahkan Anda untuk turun ke dalam gua. Â
Pencahayaan buatan yang berasal dari lampu membuat dasar gua terlihat sangat jelas dan indah. Airnya begitu jernih, seolah kristal cair yang membentang. Â
Pada saat air pasang, kedalaman air bisa mencapai enam hingga delapan meter. Namun, saat surut, kedalaman air hanya sebatas pinggang orang dewasa.
Hamparan batu-batu kapur dengan warna putih, seperti permata yang tertidur di bawah air, menciptakan permainan bayangan dan warna yang menari di atas permukaan air.
Habitat kelelawar
Cahaya matahari yang terbatas masuk ke dalam gua, menjadikan Gua Kristal rumah yang ideal untuk kelelawar. Karena hal itu, petugas yang berada di gua tidak menyalakan lampu penerangan sepanjang hari.Â
Mereka hanya menyalakan lampu untuk penerangan, ketika pengunjung datang ke sana. Itupun cuma sebentar. Letak gua yang cukup dalam dan sempit memang menyebabkan pengap, juga panas,  akibat  aliran oksigen yang terbatas.  Pengunjung disarankan untuk tidak berlama-lama di sana. Â
Kelelawar sendiri memiliki peran penting  menjaga keseimbangan ekosistem di dalam maupun di luar gua, misalnya dalam proses penyebaran benih, penyerbukan, dan pengendalian populasi serangga atau sebagai kunci penyedia energi ekosistem dalam gua.
Waktu seolah berhenti
Di dalam gua, waktu seolah berhenti. Â Segala rutinitas kerja, nyaris terlupakan. Butiran percikan air yang ditimbulkan karena pengunjung yang melakukan cliff jumping di sana, membuat kolam air payau itu semakin terlihat indah.
Dinding gua berwarna abu-abu menjadi latar indah yang memberi sensasi ketenangan. Â Demikian halnya dengan bebatuan di dasar, dengan sensasi tekstur agak kasar, mengalirkan energi yang berbeda dan menyenangkan.
 Inilah yang dikatakan orang-orang, bahwa slow living bukan hanya soal tempat, melainkan tentang memberikan ruang bagi diri sendiri untuk benar-benar menikmati dan mensyukuri apa yang dilakukan saat itu.Â
Bila dulu menurut cerita warga setempat, gua ini menjadi tempat persembunyian saat masa perang, demikian juga  saat sekarang. Orang-orang memilih datang untuk melarikan diri dari perang yang lain, -rutinitas yang melelahkan  dan pikiran yang tiada henti.Â
Mari ke Gua Kristal di Kupang.
Kupang, 28 Desember 2024
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H