Pada kisah saya sendiri, ketika akhirnya saya memaafkan seseorang, rasanya seperti terlepas dari belenggu yang berat! Pada saatnya Saya menyadari, bahwa memaafkan adalah hadiah, bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri Saya sendiri.Â
Berhasil keluar dari siklus sakit hati, akan meringankan langkah menuju keajaiban yang dinamakan kedamaian.Â
Lantas, bagaimana dengan melupakan? Apakah mudah?Â
Memaafkan, kadangkala membutuhkan keberanian, namun melupakan jauh lebih sulit. Bagaimana kita bisa melupakan sesuatu yang pernah begitu menyakitkan?Â
Proses melupakan seringkali terasa seperti mendaki ke puncak yang curam. Luka yang dalam dan kenangan yang pahit tidak selalu mudah dilepaskan. Perlu waktu, butuh proses. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh lebih banyak cinta dan pengampunan.Â
Ini menjadi bagian perjalanan hidup manusia, karena sejatinya kita akan selalu terluka dan terus terluka. Di sinilah kita perlu belajar memandang melupakan dengan cara yang berbeda.Â
Melupakan bukan berarti menghapus ingatan, melainkan melepaskan kendali emosi negatif yang menyertainya. Melupakan adalah tentang berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa luka tersebut adalah bagian dari perjalanan hidup kita, tetapi tidak lagi membiarkannya mengambil alih atas  kebahagiaan diri kita.Â
Maafkan, lalu lupakan!
Momen Natal dan juga dimulainya tahun Yubileum 2025 memberi inspirasi untuk melangkah lebih jauh dalam perjalanan kasih ini. Dalam kasih, ada pengampunan, untuk orang lain, juga untuk diri sendiri.Â
Mungkin kita perlu belajar banyak hal dari dunia anak-anak yang polos. Mereka akan selalu menemukan cara untuk kembali bahagia, kembali tertawa ceria, meskipun mereka baru saja bertengkar dengan temannya.Â