Tahun ini adalah tahun yang istimewa. Nyepi dan Ramadan 2023 jatuh pada waktu yang sama. Memang, Saya tidak merayakan keduanya, namun buat Saya, ini adalah momen luar biasa untuk merefleksikan kembali hal -hal esensial yang sangat penting dalam hidup.Â
Ada satu hal mendasar yang menarik dan perlu dilatih setiap hari. Tentang pengendalian diri. Selalu ada ujian untuk menguji kesabaran itu, bisa datangnya dari dalam diri sendiri, maupun dari lingkungan terdekat.
Bicara tentang lingkungan terdekat, tetangga adalah salah satunya. Ibarat kata, tetangga adalah saudara terdekat kita. Sudah selayaknya kita juga memperlakukan tetangga seperti keluarga kita sendiri, bukan?
Namun, tentu saja hal itu tidaklah mudah. Apalagi kalau kita hidup dalam kompleks perumahan, yang notabene, penghuninya memiliki latar belakang dan prilaku  yang berbeda satu dengan lainnya. Untuk ini, perlu tenggang rasa yang luas serta rasa sabar yang ekstra.
Tidak perlu mencampuri urusan orang lain
"Ma, ingat...kita akan pindah ke kompleks perumahan. Kamu akan mudah tersulut atau tersinggung nanti. Jadi, berusahalah untuk tidak  mencampuri urusan rumah tangga orang lain, kalau kamu ingin hidup tenang..."Â
Ini pesan almarhum suami dua puluhan tahun silam, saat untuk pertama kalinya,  kami berdua dengan dua anak balita, akhirnya pindah ke rumah milik kami sendiri. Rumah kecil yang telah direnovasi dengan dana terbatas itu akhirnya  bisa kami tempati berempat.
Untuk pertama kalinya, akhirnya Saya benar-benar bisa merasakan menjadi seorang istri dan ibu yang bisa menata rumah sendiri, setelah empat tahun tinggal bersama ibu mertua.Â
Bagi Saya, pesan ini penting untuk diperhatikan. Saya termasuk kelompok emak-emak yang tidak sabaran. Untungnya, waktu Saya lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Jadi, tidaklah sulit untuk melaksanakan pesan suami.Â
Ada batasan yang jelas, bahwa rumah dan setiap rumahtangga, memiliki ranahnya masing-masing yang tidak dapat dilewati oleh orang lain. Â Bila tidak dimintai pendapat kita, tidak perlu repot-repot memberi saran dan sejenisnya, meskipun mulut sangat ingin untuk berbicara.Â
Bahkan ketika mungkin, suara 'piring terbang' dari  warga tetangga sudah terdengar, tidak perlu menerjunkan diri ke dalamnya. Selain membahayakan diri sendiri, juga bisa berdampak pada keberlanjutan hubungan dengan tetangga.Â
Cukup laporkan pada Ketua RT setempat. Langkah selanjutnya, tergantung  apa kata Ketua RT.
Pandai-pandailah menangkal gosip dan rumor yang beredar
Hidup dalam sebuah kompleks perumahan atau bertetangga, tentu tidak lepas dari yang namanya gosip, bahkan rumor.Â
Ibarat panci, makin digosok, makin siiip...demikianlah gosip, sangat mudah menjadi sumber pertengkaran dengan tetangga.Â
Apa saja bisa menjadi topik gosip, dari urusan terasi, panci, pakaian hingga soal hubungan si anu dengan seseorang.Â
Jangan mudah terbakar dengan berbagai isu yang dibisikkan tetangga, apalagi turut menghembuskan api dalam bara tersebut. Kalau tidak hati-hati, diri kita sendiri terjebak di dalamnya.
Cobalah untuk lebih banyak mendengar saja dan lebih sedikit berbicara. Bila gosip itu tentang kita, cobalah bersikap lebih tenang. Tariklah napas lebih dalam dan lebih lambat lagi.Â
Tidak semua hal perlu ditanggapi dengan emosi yang membabi buta. Kadang kita hanya perlu diam dan biarkan itu berlalu dengan sendirinya. Jangan membuang energi untuk hal yang tidak jelas.Â
Kelola sampah rumah tangga dengan baik
Salah satu sumber masalah terbesar bila hidup di kompleks perumahan adalah masalah sampah. Untuk soal yang satu ini, perlu menarik napas lebih panjang lagi.Â
Kadang ada tetangga yang lebih mementingkan kebersihan halamannya sendiri dibandingkan halaman tetangga. Jadi, sampah miliknya 'dititip' di halaman orang lain! Menyebalkan, bukan?Â
Untuk hal ini, Saya belajar dari tetangga yang mendapat titipan sampah di halaman rumahnya untuk kurun waktu cukup lama. Melihatnya pun sebenarnya sudah buat tensi meningkat.Â
Apa yang dilakukan tetangga Saya patut diacungi jempol. Menegur dengan cara halus, namun cukup membuat si penitip sampah salah tingkah.Â
Sampah dibersihkan, dan persis di tempat penitipan tersebut, digantung tulisan cukup besar dan jelas, berukuran 80 x 100 cm "Mohon maaf, ini bukan tempat penitipan sampah". Alhasil, besoknya tidak ada lagi sampah dititip di sana.Â
Mulailah mengelola sampah rumah tangga masing-masing. Simpan di halaman sendiri dan buanglah ke tempat penampungan sampah terdekat yang tersedia secara rutin.Â
Sampah yang dibiarkan terbengkelai juga menjadi sumber penularan penyakit seperti diare dan penyakit saluran pencernaan lainnya.
Hewan peliharaan
Persoalan hewan peliharaan juga rentan menimbulkan konflik dalam hidup bertetangga. Batasi jumlah hewan peliharaan kita, sehingga tidak mengganggu ketenteraman tetangga sekitar.
Buatlah kandang bila memiliki hewan peliharaan yang banyak jumlahnya. Bila rumah tidak dilengkapi dengan pagar, ikatlah hewan peliharaan kita sehingga tidak melukai atau membahayakan orang lain. Â
Kurangi volume suara musik
Tinggal dalam kompleks perumahan, harus mampu mengendalikan apapun yang keluar dari dalam rumah. Termasuk suara, nada dan intonasi, kalau tidak ingin digosipkan sana-sini.Â
Jarak rumah yang cukup berdekatan, membuat kita harus mengurangi volume suara, termasuk suara musik. Jangan sampai menimbulkan kebisingan.Â
Batas ambang normal untuk percakapan sehari-hari  berkisar antara 20-25 dB. Memutar musik terlalu keras diperkirakan berada pada ambang batas 85-90 dB, dapat menyebabkan orang lain terganggu. Apalagi kalau dilakukan dalam intensitas waktu yang cukup lama.Â
Putarlah musik dengan volume yang lebih rendah, kalau pun terpaksa memutar dengan volume yang lebih besar, durasinya perlu dipersingkat. Lihat pula waktunya, jangan sampai musik diputar kencang saat orang lain beristirahat.
Belajarlah mengendalikan diri lebih baik lagi. Bukankan kita dianugerahkan Tuhan dengan dua telinga dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar dan lebih sedikit berbicara?
Kupang, 23 Maret 2023
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H