Hari ini, WAG ramai. Bak mercon, rentetan pesan datang bertubi-tubi. Masih jam istirahat makan siang, tapi Acek sudah woro-woro mengingatkan janji ketemu di zoom malam ini.Â
Maklum, ada anggota grup yang sering pura-pura lupa, padahal Acek sudah menyiapkan acara ini jauh-jauh hari sebelumnya.
Acara yang dikemas dalam tajuk Dee Lestari Berbagi Tips Menulis Populer itu tentu menarik minat banyak orang, termasuk Saya. Apalagi acara yang disiapkan oleh Acek dan kawan-kawan, tidak berbayar, alias gratis.
Setengah jam menjelang acara dimulai, Acek sibuk mengingatkan lagi "Teman-teman, ayo masuk zoom, sudah dibuka nih. Sedikit lagi hp Acek dimatikan" Â Aihh...sesibuk itu Acek hari ini.
Narasumber yang cantik itu pun hadir. Dewi Dee Lestari, penulis novel Supernova. Menyapa peserta dengan riang, setelah Acek memberikan kesempatan padanya.Â
Cerita pun mengalir lancar dari bibir seorang Dee Lestari. Maklumlah, pengalamannya menulis selama  duapuluh tahun terakhir membuatnya mudah untuk mengemas semuanya dalam alur sederhana dan mudah dipahami.
Mengapa perlu menulis
"Manusia memiliki kekuatan bercerita yang tidak ditemukan dalam spesies manapun" demikian Dee, di awal acara malam ini. Â Dee, bahkan mengambil sebuah kutipan dari seorang Philip Pullman, yang mengatakan bahwa cerita adalah hal yang paling dibutuhkan di dunia setelah pangan dan papan.
Agar cerita itu terus hidup dan diingat, perlu direkam dalam sebuah tulisan. Bagi sebagian orang, termasuk Saya, memindahkan sebuah kisah dalam bentuk tulisan tentu bukanlah perkara mudah.Â
Menurut Dee, ketika menuangkan ide dalam tulisan, sesungguhnya kita sedang belajar mengkomunikasikan  pikiran  kita kepada orang lain. Kita juga sedang belajar menyampaikan sesuatu secara logis dan sistematis sehingga pembaca memahami alur yang disampaikan.
Saat menulis, daya imajinasi yang dimiliki mengasah sisi lain diri kita. Kreatifitas! Tanpa disadari, setiap tulisan yang dibuat, menjadikan kita semakin kreatif.
 Tidak penting berapa banyak jumlah kata yang berhasil dibuat. Tidak perlu memaksa diri menulis hingga ribuan kata, ketika kita hanya mampu menulis ratusan aksara. Tidak juga kata-kata canggih yang disisipkan di dalamnya. Namun, ibarat senjata bagi seorang prajurit, kekuatan kata-kata adalah modal utama seorang penulis.
Menghidupkan sebuah tulisan
Setiap penulis pasti berharap tulisannya dibaca banyak orang. Mampu memikat mata dan hati pembacanya. Faktanya, tidak semudah itu. Â Kadang, dilirik saja tidak, apalagi dibaca.
"Tulisan bagus itu memikat. Memikat atensi, mengikat peduli"Â
Berikut adalah tips yang dibagikan Dee , agar sebuah tulisan terasa lebih 'hidup'.
Rencanakan dan petakan
Membuat kerangka atau struktur tulisan sangat perlu dilakukan, terutama untuk tulisan yang panjang seperti novel. Agar cerita yang dibuat tetap berada dalam alurnya, tidak kemana-mana, berkembang hingga ratusan episode.
Pembuka yang kuat
Kalimat pembuka yang dipakai, haruslah punya daya pikat yang kuat, agar orang tertarik membaca lanjutannya. Â Mungkin, seperti sebuah iklan lawas "kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda". Begitulah kira-kira. Â
Tunjukkan emosi
Seorang manusia dapat disentuh dari sisi emosi atau perasaannya. Penggunaan kata-kata yang mengaduk emosi seseorang, ternyata tidak hanya dapat digunakan dalam penulisan fiksi, namun juga pada tulisan non fiksi.
Bingkai dalam adegan
Agar lebih dramatis menggambarkan situasi tertentu, boleh merekamnya dalam bentuk adegan.Â
"....Steve menahan amarah yang bergemuruh di dadanya. Tangannya mencengkram kuat surat dalam gengamannya..."
Variasi kalimat dan  awasi repetisi
Seorang penulis, harus memiliki kosakata yang cukup banyak untuk menghindari terjadinya repetisi.
Darimana mulai menulis?
Langkah awal menulis adalah hal yang tidak ringan. Saat ingin menulis, Â kita seperti kehabisan ide. Namun, begitu sudah memulainya, kadang sulit untuk berhenti.Â
Nah, agar disukai oleh ide, jadilah pengamat yang baik. Lakukan meditasi bila perlu, untuk mengamati. Setiap ide yang didapat, segera ditulis. Tidak perlu terburu-buru untuk menyelesaikannya dalam tulisan, asalkan ide tersebut telah dicatat.
Tabungan ide yang sudah dibuat, dijadikan sebuah tulisan. Jadilah pencerita yang tekun, menuliskan kisah hingga akhir. Tidak berhenti di tengah jalan. Tulislah hal-hal yang kita tahu dan tulislah juga hal yang ingin kita baca.Â
Di akhir sesi, Dee Lestari menutupnya dengan kalimat yang menyejukkan ini.Â
Tidak ada pekerjaan yang besar, tapi pekerjaan kecil yang dilakukan dengan setia.
Semoga ide mengalir lancar seperti air setelah ini dan seterusnya.Â
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI