Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Air dan Peran Esensial Dalam Hidup

25 Maret 2022   03:14 Diperbarui: 14 Juni 2022   22:05 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air dan pesan esensial dalam hidup di Hari Air Sedunia. Sumber: Pixabay/MANUEL DARIO FUENTES HERNANDEZ via Kompas.com

Air merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat esensial. Kita tidak dapat hidup tanpa air. Rata-rata  60% tubuh kita, bahkan lebih,  terdiri dari air. Air, tidak hanya menjadi prioritas masyarakat urban, tapi juga pada masyarakat pedesaan.

Pentingnya posisi air dalam kehidupan, menyebabkan PBB menetapkannya dalam target penting yang harus dicapai pada tahun 2030. Target Sustainable Development Goals (SDG’s) point 6  adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang.

Sayangnya, hingga saat ini masih terdapat 26% (2 milyar) penduduk di dunia kekurangan air minum yang dikelola dengan aman; masih terdapat 46% (3,6 milyar) penduduk dunia yang hidup dengan sanitasi yang kurang aman; 29% (2,3 milyar) penduduk menjalani kehidupan dengan kondisi kebersihan dasar yang kurang dan 2,3 milyar penduduk hidup dengan air yang tercemar.

Air dan sanitasi

Air sangat erat hubungannya dengan sanitasi maupun hygiene perorangan. Beberapa fakta penting yang dilansir dari un.org menyebutkan bahwa hingga hari ini, 1 dari 3 orang hidup tanpa air minum yang aman.

Air minum yang aman adalah air minum yang berasal dari sumber air yang bersih dan terlindungi termasuk air kemasan, air isi ulang, ledeng, air sumur bor  atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung.  Jarak dari sumber pencemaran seperti tangki, penampungan limbah, pembuangan sampah dan sumber cemaran lainnya harus lebih dari 10 meter.

Untuk mendukung sanitasi yang baik, ketersediaan air dari segi kuantitas maupun kualitas menjadi hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara kuantitas, ketersediaan air harus cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.

Tangkapan layar akses penduduk terhadap air bersih (Sumber : Infodatin)
Tangkapan layar akses penduduk terhadap air bersih (Sumber : Infodatin)

Badan Kesehatan dunia, WHO, merekomendasikan jumlah kebutuhan pemakaian air di rumah tangga per orang per hari,  dalam lima kategori yaitu akses sangat kurang (<5 liter), kurang (5-19.9 liter), akses dasar (20-49,9 liter), akses menengah (50-99.9 liter) dan akses optimal (100 liter atau lebih). 

Kenyataannya, hanya 46,5% penduduk Indonesia yang memenuhi akses optimal; 39,3% akses menengah dan 12% lainnya masih pada akses dasar, sedangkan sisanya adalah akses kurang dan sangat kurang.

Secara kualitas, air harus memenuhi beberapa persyaratan utama yaitu persyaratan fisik, biologis dan kimia. Secara fisik air harus tidak berwarna, tidak berasa, tidak bau, tidak keruh, suhu yang memenuhi syarat,  jumlah zat padat terlarut  pada rentang nilai tertentu.

Secara biologis, diukur dari jumlah bakteri Eschericia coli dan total bakteri Coliform. Bakteri ini menjadi mikroorganisme yang penting sebagai indikator apakah suatu badan air telah tercemar oleh tinja manusia ataupun berdarah panas seperti kuda, babi, sapi, kerbau, anjing dan sebagainya.

Secara kimia harus memenuhi persyaratan pH, oksigen terlarut, nilai BOD dan COD, nitrat, nitrit, kesadahan dan logam terlarut.

Ilustrasi air dan perempuan (sumber : Pixabay.com)
Ilustrasi air dan perempuan (sumber : Pixabay.com)

Air dan Kesehatan

 Penyediaan air (termasuk didalamnya sanitasi dan hygiene perorangan) yang aman menjadi penting agar mampu melindungi kesehatan manusia dalam kejadian luar biasa (KLB) penyakit infeksius, terutama pada masa pandemi COVID-19 saat ini.

Kebiasaan baik seperti mencuci tangan menggunakan air dan sabun yang dilakukan secara konsisten baik di tingkat komunitas, rumah tangga, sekolah, pasar, dan fasilitas kesehatan akan dapat membantu pencegahan transmisi atau penularan virus COVID-19 dari satu orang ke orang lainnya.

Upaya ini juga akan mencegah penyakit menular lainnya yang menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya. Banyak penyakit lainnya yang dapat dicegah dengan ketersediaan air yang cukup, diantaranya penyakit yang dapat ditularkan melalui air (waterborne dieases) seperti kolera, disentri, diare dan lain-lain.

Sedikitnya 297.000 anak (atau lebih dari 800 anak setiap harinya) berusia kurang dari lima tahun, meninggal setiap tahun karena penyakit diare sebagai akibat  hygiene dan sanitasi yang buruk atau air minum yang tidak aman. Ini bukanlah angka yang sedikit dan tidak dapat dianggap main-main.

Beberapa penyakit lainnya dapat timbul akibat kekurangan air bersih (water washed disesases) seperti infeksi kulit, frambusia/ puru/ patek,  schistosomiasis dan lain sebagainya.

Penyakit yang ditularkan melalui vektor penular penyakit (water related insect vector) pun bisa muncul akibat kekurangan air bersih atau karena sebagian siklus hidup vektor tersebut berada di air.  

Kasus DBD yang muncul pada beberapa wilayah di Indonesia, misalnya di NTT, cenderung timbul akibat kebiasaan masyarakat menyimpan air untuk kebutuhan sehari-hari pada wadah penampungan. Hal ini memperbesar potensi nyamuk Aedes aegipty sebagai penular DBD untuk meletakkan telurnya di air.

Terbatasnya sumber air yang aman bagi setiap rumah tangga menyebabkan masyarakat mencari sumber air lainnya seperti mata air, sungai dan sebagainya. 

Kondisi ini meningkatkan potensi terjadinya kontak antara manusia dengan nyamuk yang hidup pada lingkungan tersebut, seperti nyamuk Anopheles penular malaria ataupun Culex yang dapat menularkan filariasis.

Air dan perempuan

Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan perempuan akan air adalah kebutuhan yang esensial. Perempuan tidak memiliki kebebasan yang sama seperti laki-laki ketika berurusan dengan kebutuhan akan air. Hal ini sering luput dari perhatian berbagai pihak.

Perempuan membutuhkan air untuk kebutuhan yang bersifat lebih privat, termasuk untuk urusan menstruasi. Dalam kondisi darurat atau bencana saja, kebutuhan hygiene perorangan minimal  2-6 liter per orang per hari (Sphere, 2018), apalagi dalam kondisi bukan darurat harusnya lebih dari 6 liter.

Pada beberapa pengamatan yang dilakukan terhadap siswa perempuan di sekolah dasar, karena alasan tidak tersedia air yang cukup di sekolah, umumnya mereka akan cenderung buang air kecil, menunggu hingga saatnya mereka pulang ke rumah atau mencari rumah teman atau keluarga mereka yang dekat dengan sekolah.

Demikian halnya ketika siswa mendapatkan menstruasi, tidak ada pilihan lain kecuali siswa tersebut kembali ke rumah mereka masing-masing untuk kemudahan akses mendapatkan air yang bersih yang cukup. 

Sangat disayangkan, karena ini berarti siswa tersebut kehilangan sebagian haknya untuk mendapatkan pembelajaran pada hari itu.

Lindungi Sumber Air Anda

Seperti telah disampaikan di awal, bahwa air yang aman adalah yang berasal dari sumber air yang terlindungi.  Bebas dari pencemaran apapun, termasuk pencemaran fisik, kimia maupun bateriologis. 

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu kampanye yang dapat terus digalakkan untuk melindungi air dari pencemaran. Kebiasaan mengelola sampah yang baik sejak sampah dihasilkan berbasis penerapan 3R hingga sampah diproses pada tahap akhir adalah tindakan untuk meminimalkan turunnya kualitas lingkungan akibat pembuangan sampah yang tidak mememenuhi persyaratan. 

Pengaturan pembuangan limbah rumah tangga  yang aman ke lingkungan dengan melakukan  pengolahan sederhana sebelum dibuang ke lingkungan selain melindungi sumber air, juga melindungi tanah dari sumber cemaran. 

Demikian halnya dengan perilaku membuang air besar pada jamban dengan tangki septik yang aman, dapat mengurangi penyebaran bakteri pencemar air. 

Setidaknya, tinja yang mengandung jutaan bakteri yang dapat membahayakan kesehatan  tertampung pada tangki septik dan tidak menyebar ke mana-mana. 

Memperbaiki pipa atau ledeng yang bocor, membuat perlindungan mata air penting untuk mencegah masuknya zat pencemar dalam pipa distribusi ataupun badan air.

Pemberian desinfektan pada saat pengolahan air juga perlu dilakukan, tentunya dengan dosis yang tepat dan dilakukan di bawah pengawasan untuk mengurangi populasi bakteri yang tidak diinginkan kehadirannya dalam air.

Tidak ada air, tidak ada kehidupan.  Tidak ada biru, tidak ada hijau (Sylvia Earle)

Sehat dimulai dari Saya

Kupang, 25 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun