Secara biologis, diukur dari jumlah bakteri Eschericia coli dan total bakteri Coliform. Bakteri ini menjadi mikroorganisme yang penting sebagai indikator apakah suatu badan air telah tercemar oleh tinja manusia ataupun berdarah panas seperti kuda, babi, sapi, kerbau, anjing dan sebagainya.
Secara kimia harus memenuhi persyaratan pH, oksigen terlarut, nilai BOD dan COD, nitrat, nitrit, kesadahan dan logam terlarut.
Air dan Kesehatan
 Penyediaan air (termasuk didalamnya sanitasi dan hygiene perorangan) yang aman menjadi penting agar mampu melindungi kesehatan manusia dalam kejadian luar biasa (KLB) penyakit infeksius, terutama pada masa pandemi COVID-19 saat ini.
Kebiasaan baik seperti mencuci tangan menggunakan air dan sabun yang dilakukan secara konsisten baik di tingkat komunitas, rumah tangga, sekolah, pasar, dan fasilitas kesehatan akan dapat membantu pencegahan transmisi atau penularan virus COVID-19 dari satu orang ke orang lainnya.
Upaya ini juga akan mencegah penyakit menular lainnya yang menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya. Banyak penyakit lainnya yang dapat dicegah dengan ketersediaan air yang cukup, diantaranya penyakit yang dapat ditularkan melalui air (waterborne dieases) seperti kolera, disentri, diare dan lain-lain.
Sedikitnya 297.000 anak (atau lebih dari 800 anak setiap harinya) berusia kurang dari lima tahun, meninggal setiap tahun karena penyakit diare sebagai akibat  hygiene dan sanitasi yang buruk atau air minum yang tidak aman. Ini bukanlah angka yang sedikit dan tidak dapat dianggap main-main.
Beberapa penyakit lainnya dapat timbul akibat kekurangan air bersih (water washed disesases) seperti infeksi kulit, frambusia/ puru/ patek, Â schistosomiasis dan lain sebagainya.
Penyakit yang ditularkan melalui vektor penular penyakit (water related insect vector) pun bisa muncul akibat kekurangan air bersih atau karena sebagian siklus hidup vektor tersebut berada di air. Â
Kasus DBD yang muncul pada beberapa wilayah di Indonesia, misalnya di NTT, cenderung timbul akibat kebiasaan masyarakat menyimpan air untuk kebutuhan sehari-hari pada wadah penampungan. Hal ini memperbesar potensi nyamuk Aedes aegipty sebagai penular DBD untuk meletakkan telurnya di air.
Terbatasnya sumber air yang aman bagi setiap rumah tangga menyebabkan masyarakat mencari sumber air lainnya seperti mata air, sungai dan sebagainya.Â