Katedral Lama memiliki tiga pintu masuk; pintu masuk utama menghadap ke utara, tepat ke pusat kota. Dua pintu lainnya menghadap ke timur dan ke barat.Â
Memasuki bagian dalam gereja, akan disambut dengan patung Bunda Maria dan Santo Yosep. Bagian dalam gereja diisi dengan bangku-bangku panjang yang kokoh, berderet rapi.Â
Tiang-tiang penyangga pada bagian dalam telah banyak berubah. Terdapat 26 tiang penyangga, berdiri kokoh sejajar, berderet di tengah ruangan; 13 di sisi kanan dan 13 lainnya di sisi kiri. Saat ini setiap tiang diberi cat warna krem dan kuning muda.
Bilik pengakuan terletak pada cekungan ruang pada sisi sebelah kanan dan kiri. Bilik ini biasanya digunakan umat untuk mendapatkan Sakramen tobat.Â
Pada bagian depan dan menjadi bagian utama gereja ini adalah altar. Seluruh lantainya diberi warna merah. Sakristi (tempat atau ruang untuk mempersiapkan misa kudus) terletak pada bagian belakang altar.Â
Bentuk seluruh bangunan ini tidak berubah, tetap mempertahankan bentuk lama. Renovasi yang dilakukan hanya untuk mengganti bagian yang lapuk dengan material baru yang sejenis, mengingat usia gereja ini lebih dari satu abad.Â
Memori Indah di Balik Kemegahannya
Banyak cerita indah terpatri dalam hati tentang Katedral Lama. Memandangi bangunan ini, seolah melihat kembali kegembiraan seorang gadis kecil di sana.Â
Dentang lonceng gereja terasa begitu kencang. Udara dingin menusuk kulit, entahlah, mungkin suhunya turun hingga 12 derajat Celcius saat itu. Menembus baju panas (sebutan untuk baju penghangat atau sweater) gadis kecil yang lusuh.
Langkah kaki kecil gadis itu berlomba dengan lolongan anjing di pagi hari. Gadis kecil itu telah membuat janji dengan beberapa teman lainnya untuk bersama mengikuti misa pagi setiap hari setelah mendapat Komuni Pertama.Â