Di tengah perang dingin, rasa canggung dan perasaan aneh lainnya, ada cerita lucu terselip di dalamnya. Ini berawal dari kesenangan Saya mengubah penataan rumah mertua.Â
Ini dilakukan saat ibu mertua sedang ada urusan di luar rumah, jadilah Saya bebas berekspresi, geser sana, tarik sini, berharap mendapat pujian.Â
Eh, yang ada malah begitu Saya kembali dari kantor, semua tatanan sudah kembali ke posisi semula! Sejak saat itu hingga kami pindah rumah, letak perabotan tidak pernah berubah.Â
Tiga tahun hidup bersama, berbagi cinta, ternyata cukup mengajarkan banyak hal kepada Saya. Pertama, Saya jadi lebih pandai memasak, entah rahasia apa yang disembunyikan di balik tangan ibu, namun setiap masakannya selalu enak dan terjamin bersih.Â
Berikutnya adalah pelajaran tentang kesabaran, menahan diri, kalau marah terpaksa harus dibicarakan diam-diam, tidak bisa diselesaikan dengan cara berteriak. Takut ketahuan mertua, bakalan mendapat nasihat yang panjang.Â
Kehadiran anak laki-laki pertama kami, cukup meluluhkan hati ibu. Mungkin buat ibu saat itu, cucunya adalah hiburan untuknya, meski tetap saja, aturan adalah tetap aturan. Rumahnya adalah aturannya.
Hingga suatu ketika, saat Saya melanjutkan pendidikan ke Purwokerto saat itu, ibu mertua adalah perempuan yang memiliki banyak andil dalam membesarkan anak lelakiku pada kurun waktu tersebut. Â
Kiat menjalani cinta segitiga
Seperti yang disampaikan di awal tulisan, menjalani cinta segitiga tidak semudah yang dibayangkan. Perlu kiat tersendiri, supaya tetap bertahan.Â
Pahami bahwa kita mencintai orang yang sama
Semua orang memiliki bagiannya untuk mencintai satu orang ini, dengan cara masing-masing. Caranya bisa berbeda satu dengan yang lainnya namun sasarannya jelas.Â