Ketika produsen enggan karena perhitungan untung rugi yang minim, maka sah-sah saja di alam kapitalisme ini. Memenuhi kebutuhan rakyat bukan lagi prioritas. Inilah masalah utama dalam kapitalisme.
Kapitalisme membuka peluang dan para pengusaha untuk tamak dan serakah tanpa mempedulikan halal haram. Penimbunan dalam kapitalisme akan terus berulang, karena bisnis halal bukan lagi tujuan.
Ahli ekonomi dari lembaga riset Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, berpendapa ketika minat pihak swasta berkurang untuk produksi Minyakita, maka sebenarnya negara yang harus cepat mengambil peran lewat Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Lagi-lagi dalam Kapitalisme, peran Negara dibatasi hanya sebatas regulator, dan pemainnya tetap swasta. Sehingga rakyat kembali jadi korban akhirnya produk langka, kalaupun ada harganya mahal.
Jika tidak ingin kelangkaan produk ini terus berulang, maka kapitalisme ini harus segera dicabut dan diganti dengan sistem lain yang solutif, yaitu sistem Islam.
Solusi Islam mengatasi kelangkaan minyak goreng
Diketahui Kapitalisme melemahkan fungsi negara, sebaliknya Islam justru menjadikan negara sebagai pusat dalam setiap urusan umat.
Negaralah yang menjamin terpenuhinya kebutuhan tiap warga, terutama bahan pangan pokok. Negara akan memakai politik ekonomi Islam dalam memeberi solusi seluruh persoalan agar tidak tersandera oleh para pemilik modal seperti sistem kapitalisme hari ini.
Menyelesaikan masalah migor bukan semata mengutak-ngatik kebijakan regulasi migor, namun juga wajib berkelindan dengan kebijakan lainnya. Salah satunya kepemilikan tanah.
Dalam Islam, tanah perkebunan sawit termasuk dalam kekayaan milik umum, sehingga rakyat boleh mengelolanya sendiri.
Namun, produksi tetap dalam kontrol dan pengawasan negara sehingga jika penanaman sawit dilakukan secara masif, lingkungan tetap diperhatikan, sehingga pembakaran hutan jangan sampai memunculkan kemudaratan.