Pria lulusan pesantren ini mengawali karirnya sebagai seorang komedian. Beliau mengikuti salah satu audisi lawak di televisi. Setelah kontrak kerjanya berakhir di tahun 2007, beliau bertemu dengan Alm. Ustad Jefri Al-Buchori yang mengajaknya untuk berdakwah.
Karena memiliki latar belakang sebagai seorang santri, pemilik nama lengkap Ali Zaenal Abidin ini kemudian banting stir dan mengikuti jejak Alm. Ustad Uje. Kini beliau merupakan salah satu pendiri dan pengurus yayasan 40 Jumat yang berlokasi di Jakarta.
Kegigihannya dalam menekuni profesi sebagai da'i patut kita contoh. Meskipun awalnya banyak yang meragukan karena latar belakang sebagai seorang pelawak, namun ustad Limau terus menyebarkan ajaran agama Islam.Â
Seperti saya sebutkan di awal, bahwa menyampaikan ajaran agama Islam adalah tugas kita bersama. Tak peduli dari latar belakang apa kita berasal, "Sampaikan walau hanya satu ayat."
Pada kesempatan kemarin, beliau membawakan ceramah menjelang waktu berbuka dengan tema "Puasa Sebagai Momentum Memperbaiki Diri." Selama kurang lebih 30 menit beliau banyak menjelaskan tentang perintah kewajiban dan keutamaan puasa Ramadan.Â
Salah satu yang berkesan bagi saya secara pribadi ialah sebuah kontemplasi tentang pentingnya beramal dan bersedekah di bulan Ramadan. Istilah investasi langit langsung terekam dengan jelas hingga sekarang.
Ustad Ali Limau mengambil satu ayat di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 261 yang artinya,
"Perumpaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas karunia-Nya dan Maha Mengetahui."
Ini yang disebut dengan matematika Tuhan. Kalau ilmu matematika nya manusia satu ditambah satu sama dengan dua. Hal itu tidak berlaku di dalam konsep bersedekah atau berinvestasi langit. Satu kebaikan amal akan diganti menjadi tujuh ratus karunia, Inshaa Allah.