Dari Abdullah Ibn Amr, sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan itu tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka." (HR. Bukhari)
Hadis diatas mengandung pesan kepada seluruh umat muslim agar terus belajar dan berbagi ilmu kepada siapapun. Demikan pula ilmu dan ajaran agama Islam, sampaikanlah walau hanya sedikit. Sebab mungkin tidak ada yang tahu, bahwa dari ilmu yang sedikit tersebut dapat membawa manfaat bagi orang lain.
Menyampaikan ilmu tidak harus orang dari lulusan pesantren, karena kokohnya ajaran agama Islam bukan hanya tugas para pendakwah, melainkan tugas kita bersama.
Namun satu hal penting yang harus digarisbawahi, yaitu tentang kesahihan ajaran Islam yang kita bagikan. Perlu kehati-hatian dalam menafsirkan makna baik yang berasal dari Al-Quran maupun Al-Hadis. Karena jika kita melebih-lebihkan atau mengurangi, maka justru akan menjadi larangan.
Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu sebelum menyampaikan ajaran agama Islam. Memahami dahulu baru kemudian berbagi.
Saluran belajar agama Islam sebenarnya sudah sangat banyak. Kita bisa memanfaatkan media online melalui internet, maupun media offline dengan mengikuti ceramah atau pengajian. Minimal bagi kaum pria, setiap seminggu sekali memiliki kesempatan menimba ilmu sewaktu Salat Jumat.
Kita harus sadari bahwa kita bukan lagi hidup di zaman Nabi. Dahulu kala, penyebaran agama Islam dilakukan dengan berdarah-darah oleh Nabi dan para sahabat. Tak jarang mereka mendapatkan perlakuan fisik dan mental seperti dilempar batu, dicemooh, dihina dan sebagainya.
Kini kita harus bersyukur karena menimba ilmu dan ajaran agama Islam bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Seperti yang baru-baru ini saya ikuti.
Di sela-sela rutinitas kerja, kebetulan perusahaan saya sedang mengadakan acara buka bersama virtual dalam rangka memeriahkan bulan Ramadan sekaligus perayaan hari jadi yang ke-40 tahun tanggal 7 April 2022. Disitu ada sebuah momen kehadiran sang da'i Ustad Ali Limau.
Pria lulusan pesantren ini mengawali karirnya sebagai seorang komedian. Beliau mengikuti salah satu audisi lawak di televisi. Setelah kontrak kerjanya berakhir di tahun 2007, beliau bertemu dengan Alm. Ustad Jefri Al-Buchori yang mengajaknya untuk berdakwah.
Karena memiliki latar belakang sebagai seorang santri, pemilik nama lengkap Ali Zaenal Abidin ini kemudian banting stir dan mengikuti jejak Alm. Ustad Uje. Kini beliau merupakan salah satu pendiri dan pengurus yayasan 40 Jumat yang berlokasi di Jakarta.
Kegigihannya dalam menekuni profesi sebagai da'i patut kita contoh. Meskipun awalnya banyak yang meragukan karena latar belakang sebagai seorang pelawak, namun ustad Limau terus menyebarkan ajaran agama Islam.Â
Seperti saya sebutkan di awal, bahwa menyampaikan ajaran agama Islam adalah tugas kita bersama. Tak peduli dari latar belakang apa kita berasal, "Sampaikan walau hanya satu ayat."
Pada kesempatan kemarin, beliau membawakan ceramah menjelang waktu berbuka dengan tema "Puasa Sebagai Momentum Memperbaiki Diri." Selama kurang lebih 30 menit beliau banyak menjelaskan tentang perintah kewajiban dan keutamaan puasa Ramadan.Â
Salah satu yang berkesan bagi saya secara pribadi ialah sebuah kontemplasi tentang pentingnya beramal dan bersedekah di bulan Ramadan. Istilah investasi langit langsung terekam dengan jelas hingga sekarang.
Ustad Ali Limau mengambil satu ayat di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 261 yang artinya,
"Perumpaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas karunia-Nya dan Maha Mengetahui."
Ini yang disebut dengan matematika Tuhan. Kalau ilmu matematika nya manusia satu ditambah satu sama dengan dua. Hal itu tidak berlaku di dalam konsep bersedekah atau berinvestasi langit. Satu kebaikan amal akan diganti menjadi tujuh ratus karunia, Inshaa Allah.
Betapa dahsyatnya janji Allah Swt kepada umat manusia, sehingga kita sepatutnya memperbanyak sedekah dan beramal. Investasi langit memberikan peluang keuntungan 700%, sebuah angka yang untuk saat ini belum ada investasi manapun yang mampu menandingi.
Tidak ada risiko kerugian karena investasi langit ini anti inflasi. Berapapun besaran sedekah yang kita berikan, akan selalu dicatat oleh malaikat sebagai amal kebaikan. Semakin banyak berbuat amal kebaikan semakin banyak kita mendapatkan nikmat dan karunia Nya.
Momentum Ramadan yang datang setahun sekali sangat tepat untuk menciptakan pondasi perbaikan diri. Apalagi semua amal ibadah dan amal kebaikan di bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah Swt.
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis yang berbunyi, "Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan." (HR At-Turmudzi dan Anas).
Berikutnya, Ustad Limau juga menjelaskan bahwa bersedekah tidak harus dengan uang dengan nominal besar. Bersedekah dan beramal dapat dikerjakan dengan nominal berapapun yang kita punya.
Selagi kita lapang dan ikhlas, maka seribu rupiah pun yang kita berikan kepada pengamen di perempatan, dua ribu rupiah yang kita berikan kepada tukang parkir, akan dicatat sebagai amal kebaikan oleh Allah Swt. Tak perlu memandang kepada siapa kita bersedekah, yang terpenting adalah niatan kita untuk berinvestasi di jalan Tuhan.Â
***
Beruntung sekali saya mengikuti ceramah ustad Limau kemarin. Sebuah renungan di bulan Ramadan yang memberikan banyak hikmah dan pelajaran tentang pentingnya beramal dan bersedekah.
Semoga kita semua diperkenankan untuk menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri. Mari kita mulai dari hal-hal kecil, karena setiap perubahan baik akan membawa lebih banyak kebaikan di masa yang akan datang.
-Anjas Permata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H