Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengenal Sistem Limbik dan Plastisitas Otak Manusia

19 Juni 2021   07:17 Diperbarui: 19 Juni 2021   09:12 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sistem limbik otak manusia - idntimes.com

Perilaku merupakan output yang cenderung dipengaruhi oleh Pikiran dan diperkuat dengan Perasaan.

Perilaku tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa adanya impuls pikiran dan respon perasaan. Apapun yang Anda pikirkan dan rasakan akan menghasilkan sebuah perilaku.

Perilaku positif datang dari pikiran positif dan perasaan positif. Sedangkan perilaku negatif datang dari gabungan 2 (dua) impuls dan respon berbeda yaitu:

  • Pikiran positif + Perasaan negatif = Perilaku negatif
  • Pikiran negatif + Perasaan negatif = Perilaku negatif

Pikiran dan Perasaan adalah perwujudan aktivitas otak manusia, jadi sangat wajar ketika kita ingin memahami perilaku, maka pahamilah terlebih dahulu sistematika dan fungsi otak.

Sistem Limbik

ilustrasi sistem limbik otak manusia - idntimes.com
ilustrasi sistem limbik otak manusia - idntimes.com
Sistem limbik merupakan sekelompok struktur yang saling berhubungan dan terletak jauh di dalam otak. Ini merupakan bagian otak yang bertanggung jawab atas respon emosional (perasaan) dan perilaku seseorang.

Para ahli dan ilmuwan masih terus mengembangkan penemuan-penemuan terkait struktur dan fungsi sistem limbik. Namun setidaknya dapat dijelaskan bahwa sistem limbik tersusun atas 4 (empat) bagian yaitu:

1. Amigdala

Bagian yang mengontrol emosi, misalnya rasa takut dan kemarahan. Dari sudut pandang biologi, rasa takut merupakan emosi yang cukup penting. 

Perasaan takut akan membuat kita memiliki kemampuan yang tepat dalam merespon keadaan berbahaya atau situasi yang mengancam.

Ketika seseorang dihadapkan pada situasi berbahaya, maka amigdala akan menstimulus hipotalamus. Hipotalamus akan mengirimkan sinyal kepada kelenjar otak untuk menghasilkan hormon adrenalin dan/atau kortisol.

Adrenalin merupakan hormon yang menciptakan respon terhadap rasa takut, sedangkan kortisol adalah hormon yang menciptakan respon terhadap situasi stres dan tekanan.

Kebanyakan atau kekurangan hormon-hormon tersebut bisa berdampak pada masalah perilaku seperti depresi, stres, kecemasan, ketakutan, paranoid hingga phobia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun