Beberapa ulama memiliki pendapat tentang pengertian hadis tersebut dari sisi harafiah, juga dari sudut pandang pemaknaan tersirat isi kandungannya.
Ada yang berpendapat bahwa setan-setan memang benar-benar dibelenggu di dalam neraka karena semua pintunya ditutup rapat-rapat. Artinya ketika menjalankan ibadah puasa Ramadan, tidak ada satupun setan yang menggoda manusia.
Dengan kata lain, jikalau ada manusia-manusia yang masih saja berbuat maksiat dan berperilaku buruk selama bulan Ramadan artinya perilaku tersebut berasal dari dalam dirinya sendiri sebagai manusia, bukan atas hasil godaan setan yang terkutuk.
Pendapat lain mengatakan bahwa arti hadis tersebut lebih kepada makna tersirat. Dibukanya pintu-pintu surga dipahami bahwa Allah SWT membuka pintu-Nya dengan amal perbuatan yang dapat mengantarkan hamba-hamba-Nya ke surga seperti salat, puasa, tadarus, dan berzakat selama Ramadan.
Sehingga jalan menuju surga di bulan Ramadan lebih mudah. Amal perbuatan baik akan lebih cepat diterima.
Sedangkan maksud ditutupnya pintu neraka dimaksudkan bahwa bulan Ramadan datang untuk mencegah manusia dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan buruk yang dapat mengantarkannya ke dalam neraka.Â
Dengan berpuasa, maka semua umat Islam mampu menahan hawa nafsu sehingga lebih banyak beribadah dan berbuat baik ketimbang melakukan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa.
Atas ibadah puasa di bulan Ramadan, maka Allah SWT memberikan pintu ampunan kepada manusia untuk segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Seseorang yang taat menjalankan ibadah puasa Ramadan akan 'dilahirkan' kembali dalam keadaan suci.
Ibadah selama Ramadan adalah kompetisi melawan diri sendiri. Melawan hawa nafsu, melawan kemalasan dan menjadi ujian ketaatan umat Islam kepada perintah Allah SWT.
***