Masih dalam suasana hari raya Idul Fitri 2021. Kata orang, lebaran adalah hari kemenangan. Memang, kemenangan dari apa? Dan apakah benar kita sudah menang?Â
Sebuah pertanyaan provokatif untuk mengawali tulisan kali ini. Oke sebelum menjawab pertanyaan tentang kemenangan dari apa dan apakah kita benar-benar sudah menang, tidak ada salahnya cek dulu sebenarnya apa makna dari lebaran.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lebaran diartikan sebagai Hari Raya Umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Lebaran adalah pengganti kata Idul Fitri.
Menilik lebih jauh bagaimana sejarah kata lebaran dijadikan istilah hari raya umat Islam membuat rasa penasaran saya semakin besar.
Terdapat beberapa sumber menyoal kata lebaran. Pertama, versi bahasa Jawa, lebaran berasal dari kata 'lebar' atau 'wis bar' yang artinya adalah sudah selesai. Lebih lanjut dengan memberikan akhiran 'an' berarti menggambarkan situasi sudahan/setelahnya/sesudahnya.
Kata lebaran sering dipakai oleh para Wali pada masa-masa penyebaran agama Islam di tanah jawa. Agar dapat mudah diterima oleh masyarakat yang mayoritas lebih dulu memeluk agama Hindu Jawa, Buddha Jawa, kepercayaan dan kapitayan, maka diperlukan akulturasi budaya Jawa dan Islam.
Salah satunya adalah dengan menggunakan istilah-istilah bahasa Jawa yang mudah dipahami daripada istilah bahasa Arab yang mungkin agak susah dalam pengucapan serta penghafalan.
Jadilah akhirnya lebaran (selesai sudah) sampai sekarang dipakai untuk merepresentasikan hari raya Idul Fitri.
Kedua, versi budaya Jawa. Kalau tadi dari tata bahasa, sekarang mari kita telisik dari sisi budaya. Lebaran identik dengan falsafah Jawa,Â
- Lebar diartikan seseorang yang sudah terlepas dari kemaksiatan. Terlepas dari perilaku jelek menuju pada perilaku-perilaku yang baik.
- Lebur artinya seseorang yang dosa-dosanya diluluhkan karena telah menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan.
- Luber diartikan seseorang yang dipenuhi oleh pahala karena telah melakukan banyak amal kebaikan yang dilipatgandakan oleh Allah Swt; dan
- Labur artinya seseorang yang dibersihkan atau disucikan jasmani dan rohaninya, bersih fisik dan jiwanya oleh ibadah-ibadah di bulan suci Ramadan.
![ilustrasi bersyukur atas kemenangan | https://suara-pembaruan.com/](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/15/bacaan-takbiran-lengkap-beserta-artinya-untuk-lebaran-2021-640x358-609fc73cd541df5e653f1262.jpg?t=o&v=770)
Lebaran bukan hanya sebagai istilah dalam menyebut hari raya umat Islam, tetapi juga mengandung falsafah hidup tentang arti kemenangan yang sesungguhnya.
Kemenangan dapat diartikan telah memenangkan suatu kompetisi, sebuah ujian dan/atau tantangan. Biasanya seseorang yang menang akan mendapatkan hadiah, medali, piala atau penghargaan.
Nah.. dari sini kita dapat menghubungkan lebaran dengan kemenangan.Â
Hadiah bagi orang-orang yang telah menjalani atau sudah melaksanakan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh yaitu dilepaskannya perilaku buruk atau kemaksiatan, diluluhkannya segala dosa, dilimpahkannya pahala-pahala berlipat ganda dan disucikannya fisik serta jiwanya.
Pertanyaan berikutnya, memang kita menang dari apa?
Kembali pada pemahaman bahwa arti kemenangan adalah memenangkan sebuah kompetisi. Yang namanya kompetisi selalu ada lawan atau musuh yang harus dikalahkan, benar?
Lalu bagaimana dengan lebaran yang notabene tadi diartikan sebagai kemenangan, siapa yang kita kalahkan? Siapa yang menjadi lawan atau musuh kita?
Lagi-lagi pertanyaan terbuka yang membuat rasa penasaran saya muncul untuk kedua kalinya.Â
Kalau sepak bola, maka ada dua tim yang saling mengalahkan satu sama lain. Kompetisi bersepeda berarti kita harus mengalahkan peserta-peserta kompetisi lain.Â
Kompetisi menulis berarti kita harus mengalahkan....?
Jika kita memahami kompetisi dari sudut pandang literal, maka pengertiannya adalah persaingan antara dua atau lebih pihak dengan tujuan memperoleh kemenangan.
Maka tidak salah jika sepak bola tujuannya adalah mengalahkan tim lawan, kompetisi bersepeda tujuannya mengungguli peserta lain dan kompetisi menulis tujuannya mengalahkan penulis lainnya.
Namun saya lebih senang memaknai kompetisi dengan pemahaman 'majazi'. Kompetisi bukanlah mengalahkan orang lain, bukan mengalahkan tim lawan, bukan berusaha menjadi yang terdepan atau yang paling unggul.
Saya punya cerita menarik semasa menjalani Ramadan tahun ini. Sebuah kemenangan dari serunya bercerita selama Ramadan.
Tahun 2021 adalah tahun pertama saya mengikuti kompetisi menulis Satu Ramadan Bercerita dari Kompasiana. Bagi saya, Samber THR 2021 menjadi ujian kenaikan level sebagai seorang penulis.
Apalagi kompetisi ini dilangsungkan saat kita menjalankan ibadah wajib puasa Ramadan. Ditengah padatnya aktivitas dan rapatnya rutinitas, saya harus pandai membagi waktu agar berkualitas.
Sempat bertanya dalam hati, "Bisa nggak ya menulis maraton 30 hari nonstop?"
Bagaimanapun juga saya bukan full time blogger. Menulis hanyalah hobi yang saya tekuni sejak satu tahun kebelakang. Mungkin di luar sana masih banyak rekan-rekan penulis yang lebih hebat, yang lebih keren dan lebih canggih (ciiieee... insecure, haha)
Ya, mungkin terlahir sebagai orang yang suka tantangan membuat saya tidak mundur. Hari demi hari, minggu demi minggu semua tema, topik misteri, tantangan misteri hingga kuis telah saya selesaikan dari tanggal 14 April sampai 14 Mei 2021.
Total 30 tulisan saya buat selama mengikuti Samber THR 2021. Padahal sebelum mengikuti kompetisi ini, rata-rata dalam seminggu saya hanya mampu membuat 2-3 tulisan.
Tak disangka ternyata ujian kenaikan level sebagai penulis bisa terlewati. ini artinya saya telah mengalahkan diri pribadi. Menjadi penulis yang lebih baik versi diri sendiri.
Beberapa ulama memiliki pendapat tentang pengertian hadis tersebut dari sisi harafiah, juga dari sudut pandang pemaknaan tersirat isi kandungannya.
Ada yang berpendapat bahwa setan-setan memang benar-benar dibelenggu di dalam neraka karena semua pintunya ditutup rapat-rapat. Artinya ketika menjalankan ibadah puasa Ramadan, tidak ada satupun setan yang menggoda manusia.
Dengan kata lain, jikalau ada manusia-manusia yang masih saja berbuat maksiat dan berperilaku buruk selama bulan Ramadan artinya perilaku tersebut berasal dari dalam dirinya sendiri sebagai manusia, bukan atas hasil godaan setan yang terkutuk.
Pendapat lain mengatakan bahwa arti hadis tersebut lebih kepada makna tersirat. Dibukanya pintu-pintu surga dipahami bahwa Allah SWT membuka pintu-Nya dengan amal perbuatan yang dapat mengantarkan hamba-hamba-Nya ke surga seperti salat, puasa, tadarus, dan berzakat selama Ramadan.
Sehingga jalan menuju surga di bulan Ramadan lebih mudah. Amal perbuatan baik akan lebih cepat diterima.
Sedangkan maksud ditutupnya pintu neraka dimaksudkan bahwa bulan Ramadan datang untuk mencegah manusia dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan buruk yang dapat mengantarkannya ke dalam neraka.Â
Dengan berpuasa, maka semua umat Islam mampu menahan hawa nafsu sehingga lebih banyak beribadah dan berbuat baik ketimbang melakukan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa.
Atas ibadah puasa di bulan Ramadan, maka Allah SWT memberikan pintu ampunan kepada manusia untuk segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Seseorang yang taat menjalankan ibadah puasa Ramadan akan 'dilahirkan' kembali dalam keadaan suci.
Ibadah selama Ramadan adalah kompetisi melawan diri sendiri. Melawan hawa nafsu, melawan kemalasan dan menjadi ujian ketaatan umat Islam kepada perintah Allah SWT.
***
Arti kemenangan lebaran tahun ini bagi saya ada dua. Pertama, mengalahkan rasa tidak percaya diri saat mengikuti kompetisi menulis. Kedua, mengalahkan hawa nafsu diri sendiri selama menjalankan ibadah puasa Ramadan.
"Pemenang sejati tidak mengalahkan orang lain, pemenang sejati adalah mereka yang senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri" The Architect
-AP-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI