Namun saya lebih senang memaknai kompetisi dengan pemahaman 'majazi'. Kompetisi bukanlah mengalahkan orang lain, bukan mengalahkan tim lawan, bukan berusaha menjadi yang terdepan atau yang paling unggul.
Saya punya cerita menarik semasa menjalani Ramadan tahun ini. Sebuah kemenangan dari serunya bercerita selama Ramadan.
Tahun 2021 adalah tahun pertama saya mengikuti kompetisi menulis Satu Ramadan Bercerita dari Kompasiana. Bagi saya, Samber THR 2021 menjadi ujian kenaikan level sebagai seorang penulis.
Apalagi kompetisi ini dilangsungkan saat kita menjalankan ibadah wajib puasa Ramadan. Ditengah padatnya aktivitas dan rapatnya rutinitas, saya harus pandai membagi waktu agar berkualitas.
Sempat bertanya dalam hati, "Bisa nggak ya menulis maraton 30 hari nonstop?"
Bagaimanapun juga saya bukan full time blogger. Menulis hanyalah hobi yang saya tekuni sejak satu tahun kebelakang. Mungkin di luar sana masih banyak rekan-rekan penulis yang lebih hebat, yang lebih keren dan lebih canggih (ciiieee... insecure, haha)
Ya, mungkin terlahir sebagai orang yang suka tantangan membuat saya tidak mundur. Hari demi hari, minggu demi minggu semua tema, topik misteri, tantangan misteri hingga kuis telah saya selesaikan dari tanggal 14 April sampai 14 Mei 2021.
Total 30 tulisan saya buat selama mengikuti Samber THR 2021. Padahal sebelum mengikuti kompetisi ini, rata-rata dalam seminggu saya hanya mampu membuat 2-3 tulisan.
Tak disangka ternyata ujian kenaikan level sebagai penulis bisa terlewati. ini artinya saya telah mengalahkan diri pribadi. Menjadi penulis yang lebih baik versi diri sendiri.
Selanjutnya menyoal ibadah puasa Ramadan selama sebulan, saya menggunakan pendekatan hadis di atas.