Pengin Resign, Deh!
Waduh.. memang segitunya ya kamu harus buru-buru memutuskan mundur dari pekerjaan.Â
Apakah sudah dipikirkan dengan matang? Apa kamu sudah pertimbangkan segala risiko baik dan buruk yang bakal muncul? Ataukah masih ada harapan untuk memperbaiki performance di tempat kerja?
Well.. boys and girls, dalam tulisan kali ini, aku akan paparkan ulasan tentang resign mulai dari faktor penyebab, hal-hal yang perlu kamu pertimbangkan hingga persiapan apa saja yang harus kamu lakukan. So... happy reading ya!
***
Resign dalam bahasa Indonesia diartikan mengundurkan diri. Arti lebih luas lagi adalah berhenti dari pekerjaan. Pada dasarnya resign adalah fenomena biasa dalam dunia kerja. Ada sign (menerima pekerjaan) ada resign (berhenti bekerja).
Seperti halnya lirik lagu Sampai Jumpa - Endank Soekamti
Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah
Skip.. skip.. kok jadi nyanyi sih (haha...)
Sebagai pelaku industri selama lebih dari 12 tahun, aku sudah menjumpai bermacam-macam rupa karyawan resign. Tentu mereka mempunyai alasan tersendiri mengapa harus berhenti dari pekerjaan.
Keputusan resign tentu bukan sembarang keputusan. Ada 2 (dua) kelompok alasan seorang karyawan akhirnya memutuskan resign. Aku sebut dengan Open Reason (alasan terbuka) dan Hidden Reason (alasan tersembunyi).
Alasan tersembunyi sangat jarang dikemukakan, biasanya para pekerja lebih memilih menggunakan alasan terbuka agar lebih aman dan tidak memutus hubungan dengan pemberi kerja atau perusahaan.
Hidden Reason
Alasan-alasan yang jarang disampaikan secara terbuka.
- Tidak cocok dengan gaji atau penghasilan yang didapat.
- Jenis pekerjaannya tidak sesuai minat dan bakat
- Hubungan kurang harmonis dengan atasan dan rekan kerja.
- Mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik
- Tidak cocok dengan lingkungan kerja.
Open Reason
Alasan-alasan yang biasanya disampaikan oleh karyawan yang mengajukan resign.
- Meneruskan usaha keluarga.
- Ingin kerja yang lokasinya dekat dengan keluarga.
- Merasa malu karena kurang produktif.
- Melakukan pelanggaran kerja.
- Melanjutkan pendidikan.
***
Nah.. kawan sebelum kamu memutuskan mundur dari pekerjaan, ada baiknya mempertimbangkan terlebih dahulu.
Terdapat 2 (dua) faktor utama penyebab seseorang berpikir untuk resign. Tapi saranku coba deh.. kamu pikirkan dengan matang agar keputusan resign mu bukanlah keputusan emosional tetapi keputusan yang didasarkan pada pertimbangan rasional.
Faktor Internal
Kondisi internal ada di dalam diri kamu sendiri. Misalnya kecintaan kamu terhadap pekerjaan.Â
Tanyakan kepada diri sendiri apakah kamu mencintai pekerjaanmu atau kamu merasa terpaksa menerima pekerjaan ini dengan alasanÂ
"Daripada nggak dapat penghasilan yang penting kerja apa aja"
Kalau ini yang kamu rasakan, maka fix itu berbahaya kawan. Bekerja itu seperti hubungan romansa.Â
Kalau kamu tidak cinta dengan pasangan, akibatnya kamu merasa tersiksa bukan?.Â
Begitu pula dengan pekerjaan. Kalau kamu tidak cinta dengan pekerjaanmu, akibatnya kamu merasa terbebani dan menjalani dengan setengah hati.
Seperti reff lagu Setengah Hati - Ada Band
Mungkin ku tak akan bisa
Jadikan dirimu
Kekasih yang seutuhnya mencinta
Namun kurelakan diri
Jika hanya setengah hati
Kau sejukkan diri ini
Lho.. Lho.. Lho.. Kok nyanyi lagi (haha...)
Rileks mas bro.. biar nggak tegang baca sambil dengerin musik sepertinya oke juga tuh!
Faktor internal lainnya adalah kecocokan minat dan bakat dengan bidang pekerjaan yang sedang kamu lakoni. Untuk hal ini kamu perlu melakukan asesment kecil-kecilan agar memperoleh gambaran kondisi dirimu seutuhnya.
Kalau sempat sih kamu bisa mengunjungi situs pemberdayaan diri atau datang langsung. Namun jika tidak sempat dan malas keluar ongkos kamu bisa baca artikel "Yuk Kenali Tipe Kepribadian".
Disitu aku bahas mengenai 4 (empat) tipe kepribadian. Kamu wajib tahu termasuk orang tipe yang mana, sehingga ketika memilih bidang pekerjaan bisa sesuai dengan minat dan bakat.
Misalnya kamu orang dengan tipe influence maka cenderung kurang cocok dengan bidang pekerjaan yang bersifat administratif. Kamu lebih cocok bekerja yang melibatkan interaksi dengan banyak orang seperti Public Relation, Master of Ceremony, Customer Service dan lain-lain.
Jika kamu bertipe compliance maka cenderung cocok dengan bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan analisa seperti Credit Analyst dan Acoounting.
Ingat bahwa bekerja itu harus mempunyai "kecocokan minat dan bakat". Selayaknya hubungan romansa dalam memilih pasangan agar awet dan langgeng harus memiliki "kecocokan jiwa". Ah sedaaapp...
Kabar baiknya adalah faktor internal ini ada dalam kendali kamu kawan. Itu artinya untuk mengatasi faktor internal cukup bisa kamu selesaikan sendiri.Â
Apakah kamu mencintai pekerjaanmu? Apakah kamu cocok dengan bidang pekerjaanmu?
Faktor Eksternal
Namanya saja eksternal artinya kondisi diluar dirimu sendiri kawan. Berbeda dengan faktor internal seperti dijelaskan sebelumnya, kalau faktor eksternal ini diluar kendali. Oleh karena itu diperlukan kemampuan kamu dalam beradaptasi.
Sebagai contoh lingkungan kerja. Bisa jadi saat ini kamu bekerja di sebuah kantor yang mungkin kurang tertata rapi atau kurang bersih. Kondisi itu membuat kurang nyaman dalam bekerja.
Maka yang bisa dilakukan adalah membersihkan dan merapikan minimal ruang kerja kamu sendiri. Setop membiarkan peralatan kerja berantakan. Taruh semua pada tempatnya sehingga memudahkan dalam mencari.
Contoh lainnya tentang hubungan dengan sesama rekan kerja atau atasan. Begini kawan, ketika kita bekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja apapun bentuknya, tentu tidak akan lepas dari yang namanya interaksi betul?.
Interaksi, komunikasi dan koordinasi akan menjadi makanan sehari-hari. Masalahnya adalah yang kita hadapi sudah pasti banyak orang dengan tipe yang berbeda-beda.
Ada teman yang suka bergosip, ada teman yang suka cablak, ada juga yang seperti tawon banyak biacara sedikit kerja, ada juga yang banyak masalah bahkan berhutang. Dan berbagai macam karakter orang yang mungkin tidak bisa aku sebut satu persatu.
Demikian pula dengan pimpinan atau atasan kita. Bermacam jenisnya juga loh.. ada pimpinan yang hobi marah-marah, ada pimpinan yang arif bijaksana, ada juga yang bisanya cuma menuntut dan sebagainya.
Kalau menginginkan faktor eksternal itu sesuai dengan diri kita, saranku kamu buka perusahaan sendiri ya mas bro... (hehe).
Diatas sudah aku singgung bahwa ketika menghadapi faktor eksternal, yang paling memungkinkan untuk kita lakukan adalah beradaptasi. Bagaimana caranya aberadaptasi?
Pertama, kenali dulu siapa-siapa saja teman kerja kamu. Bagi dalam dua kelompok, teman kerja yang membangun dan teman kerja yang menghambat.Â
Simpelnya untuk kelompok nomer satu kamu bisa intens dengan mereka, sedangkan kelompok nomer dua kamu cukup kenal dan tahu saja.
Kedua, kenali atasan atau pimpinan dimana kamu bekerja. Meskipun dia hobi marah yang terpenting kamu menjalankan tugas sesuai dengan porsi. Itu kuncinya kawan.
Kamu jalankan saja dan nikmati setiap prosesnya. Mengenai hasil yakinlah bahwa itu bakal mengikuti selama proses yang kamu lakukan benar adanya.Â
Dan jika tetap kena marah, maka kamu bisa menjelaskan perihal proses yang sudah kamu jalankan.Â
Lalu bertanya kembali atau bahasa kerennya mintalah feedback dari atasan mengenai apa yang harus kamu lakukan lagi kedepan.
***
Kalau semua hal diatas sudah kamu pertimbangkan dengan matang dan pada akhirnya kamu memutuskan untuk tetap resign, maka itu adalah sebuah pilihan dengan konsekuensi logis.
Oleh sebab itu kamu perlu mempersiapkan hal-hal berikut ini :
1. Pastikan bahwa tabungan kamu cukup minimal 6 (enam) bulan kedepan.Â
Ketika resign tentu risiko pertama adalah kamu kehilangan penghasilan. Oleh karenanya pastikan bahwa tabungan kamu mencukupi kebutuhan hidup selama masa mencari pekerjaan baru.
2. Buat Surat Resign dan sampaikan kepada atasan.
Jangan jadi karyawan "Ghosting" ya kawan. Resign tanpa kabar lalu pergi meninggalkan. Hal ini kurang baik untuk penilaian terhadap dirimu.Â
Siapkan surat pengunduran diri kemudian sampaikan niat resign mu kepada atasan atau pejabat yang ditunjuk semisal bagian Human Capital.
3. Selesaikan sisa perkerjaan dengan optimal.
Saat kamu mengajukan resign bukan berarti langsung tidak bekerja kawan. Bisa jadi masih ada sisa pekerjaan yang belum tuntas, maka sebagai orang profesional kamu wajib menyelesaikan semua pekerjaan secara optimal.
4. Mintalah surat referensi pekerjaan.
Surat keterangan kerja bisa jadi modal kamu mencari pekerjaan lainnya. Pengalaman bekerja akan bermanfaat dalam menambah resume CV kamu.
5. Jaga hubungan baik dengan kolega dan rekan kerja.
Keputusan resign adalah pilihanmu sendiri. Berhenti mempersalahkan pihak lain atas keputusan kamu.Â
Jaga hubungan dengan atasan serta kolega dan rekan kerja. Siapa tahu kelak dikemudian hari kamu membutuhkan mereka.
Resign itu artinya berhenti bekerja bukannya berhenti berteman.
***
"Kerja itu harus cinta, harus suka. Kalau tidak cinta dan tidak suka namanya numpang hidup" The Architect
-AP-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H