" Kecintaanku pada Muhammad itu mutlak. Selayaknya cinta pada diriku sendiri.Â
Segala rahmat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan seluruh keluarganya.Â
Dan kita sebagai umat mendapatkan pertolongan dari beliau hari ini, nanti dan seterusnya."
Kembali pada persoalan gelar Habib. Dengan konsep yang saya jelaskan sebelumnya, maka kita dapat memaknai "Habib" dari dua perspektif, dengan dua dimensi yang berbeda.
Dimensi Ragawi
Penjelasan dari Rabithah Alawiyah yakni organisasi pencatatan keturunan Nabi Muhammad SAW istilah Habib berasal dari kata Habaib yang artinya adalah keturunan Rasulullah yang dicintai.Â
Ketua Dewan Pimpinan Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar mengatakan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW ada dari Sayyidina Husein dan Sayyidina Hasan yang disebut Assyarif. Keduanya keturunan dari Sayyidina Fatimah binti Muhammad dengan Ali bin Abu Thalib.
Tentunya penyandang gelar Habib haruslah mereka yang secara garis memang masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Tidak semua orang boleh menggunakan gelar Habib karena harus ada validasi silsilah terlebih dahulu.
Secara prosedural hal ini sudah ada aturan dan lembaga resminya. Mungkin sekarang saya lebih menyoroti perihal perilaku Habib. Sudah kita sepakati bersama bahwa Habib adalah keturunan Nabi Muhammad SAW.Â
Maka sudah sepantasnya para Habib harusnya juga meneladani sikap dan perilaku Rasulullah.
#Shidiq (Jujur)
Sifat jujur akan melahirkan kepercayaan. Jujur kepada diri sendiri dan orang lain juga dapat menumbuhkan keyakinan serta keberanian dalam menghadapi ujian.
Kejujuran Rasullah sangat terkenal tidak hanya diakui oleh teman dekatnya, bahkan diakui juga oleh musuh-mushnya.Â
#Amanah (Dapat dipercaya)