Mohon tunggu...
Theodora Rana Atmaja
Theodora Rana Atmaja Mohon Tunggu... -

I'm Thea. a dreamer a lover a photographer a leader a writer a journalist wanna be

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hybrid Journalism: Koalisi Super Power antara Jurnalis Professional dengan Pewarta Warga

25 Februari 2011   13:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Citizen journalism berarti proses pengumpulan data dan menyampaikan berita yang dilakukan oleh warga bukan oleh jurnalis professional. Media mainstream yang sebelumnya memonopoli pembuatan berita hingga produksi berita, kini tidak lagi mampu memonopoli setelah jurnalis warga turut serta dalam proses tersebut.

Citizen Journalism lahir ketika jurnalis professional bersama media mainstream tidak mampu mengcover seluruh peristiwa yang terjadi. Kebutuhan masyarakat akan informasi yang memadai melatarbelakangi lahirnya citizen journalism. Abraham Zapruder adalah pewarta warga yang berhasil merekam detik-detik kematian presiden Amerika ke-35, John Fitzgerald Kennedy, yang tertembak pada 22 November 1963. Cut Putri, juga berhasil merekam detik-detik pertama tsunami Aceh pada tahun 2004.

Rekaman yang dimiliki oleh Abraham dan Putri tidak dibuat oleh tangan dan kamera professional, namun memiliki nilai berita yang sangat tinggi. Apa yang mereka rekam pada akhirnya menjadi berita utama di media mainstream. Dengan demikian, peranan pewarta warga dengan jurnalis professional dapat menjadi koalisi yang baik dalam menyajikan berita untuk khalayak luas.

Layakkah Disebut Berita?

Jurnalis professional selama ini melaporkan peristiwa dengan kemampuan jurnalistik. Kemampuan tersebut yang membuat para jurnalis berada di jalur penyampaian berita yang benar. Jalur yang benar berarti akurat, presisi, memiliki nilai berita dan tidak melanggar kode etik. Tanpa pemahaman jurnalistik, sulit untuk seorang dapat membuat berita dengan benar.

Dengan demikian, citizen journalism menemui kendalanya. Di satu sisi dapat membantu jurnalis professional, namun di sisi lain keberadaannya tidak diperhitungkan karena minimnya kemampuan jurnalistik. Minimnya kemampuan jurnalistik akan memungkinkan berita yang dihasilakan tidak benar, tidak presisi dan bukan merupakan fakta. Kegagalan memaparkan fakta ini terjadi karena dinding pembatas antara opini dan fakta tidak dipahami oleh pewarta warga.

Berdasarkan pengamatan, berita-berita yang ditulis pewarta warga di Kompasiana, salah satu portal beita citizen journalism, banyak yang hanya merupakan opini. Selain itu, kompasianer juga kerap menulis berita yang bombastis dan sekedar menarik demi menjadikan tulisan mereka popular. Banyak berita yang dihaslikan dari pengamatan dan opini mereka tanpa bukti-bukti yang jelas. Hal ini tentunya membuat berita yang ditulis pewarta warga layak diragukan kebenarannya.

The Power of Citizen Journalism

Terlepas dari setiap kelemahan yang dimiliki pewarta warga. Citizen journalism memiliki kekuatan yang tidak dimiki oleh jurnalis professional. Kekuatan tersebut di antaranya adalah kecepatan. Sebagai saksi mata suatu peristiwa, tentunya pewarta warga hadir lebih dulu daripada jurnalis professional. Hanya dengan kamera ponsel di tangannya, pewarta warga dapat merekam atau memotret peristiwa lebih dahulu daripada jurnalis professional.

Selain kecepatan, pewarta warga seharusnya dapat lebih objektif dalam menyajikan berita. Tidak seperti jurnalis professional yang harus tunduk pada otoritas pemilik modal atau kepentingan politik tertentu, pewarta warga tidak mendapat tekanan dari mana pun. Hal ini seharusnya memungkinkan pewarta warga untuk lebih objektif dalam melihat setiap peristiwa. Kecepatan dan objektivitas di sini dapat disebut sebagai kekuatan internal pewarta warga.

Sedangkan kekuatan eksternal adalah, adanya situasi yang mendukung berkembangnya citizen journalism, seperti perkembangan teknologi dan menurunnya keprcayaan public kepada media mainstream. Perkembangan teknologi seperti internet yang memudahkan komunikasi, tentunya menjadi factor pendukung berkembangnya citizen journalism.

Menurunnya kepercayaan public terhadap media mainstream nyata terjadi di Negara barat. Mengutip hasil survei YouGov for Prospect Magazine, telah terjadi kemerosotan kepercayaan publik yang sangat luar biasa terhadap media dan jurnalis sejak 2003.



  • Selama 7 tahun terakhir, kepercayaan masyarakat inggris kepada BBC dari 81% menjadi 60%, berarti 40% pemirsa tidak percaya pada berita yang disajikan BBC.


  • Pada tahun 2003, kepercayaan masyarakat barat pada media cetak The Sun, Daily Mirror dan Daily Star hanya 14%, dan tahun ini merosot tajam menjadi 10% saja.


  • Kepercayaan warga Amerika Pada surat kabar juga semakin menurun. Di tahun 1985, 84% pembaca percaya pada berita di surat kabar, di tahun 2004 hanya 54% yang mempercayai.

Citizen Journalist's Press-ure, menilai, konglomerasi media menjadi pemicu anjloknya kepercayaan masyarakat terhadap media. Konglomerasi media terkesan lebih mementingkan bisnis ketimbang menyajikan informasi yang akurat. Berita yang disajikan dikontrol oleh kepentingan pemilik modal, yang tentunya memungkinkan berita menjadi bias.

Dengan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada media mainstream, pewarta warga memiliki peluang untuk dipercaya oleh masyarakat. Objektivitas pewarta warga dirasa dapat menghasilkan berita yang tidak memihak. Kebebasan berpendapat juga dimiliki pewarta warga lebih dari jurnalis professional. Jurnalis professional harus tunduk pada otoritas di atasnya demi karirnya. Sedangkan pewarta warga dapat menyampaikan aspirasi masyarakat dengan lebih bebas dan leluasa. Dengan setiap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, tentunya berita yang ditulis oleh pewarta warga tetap layak disebut sebagai berita. Hal ini tentunya karena kekuatan citizen journalism tidak dimiliki oleh jurnalis professional.

Hybrid Journalism

Dengan adanya kekuatan di media mainstream dan portal berita citizen journalism, penggabungan kedua kekuatan tersebut akan menjadi kerja sama yang baik. Koalisi ini dapat mengembalikan peran jurnalisme sebagai pilar demokrasi ke-4. Keleluasaan berpendapat yang dimiliki oleh pewarta warga ditambah dengan kemampuan jurnalistik jurnalis professional akan menjadi anjing penjaga yang dapat menggonggong dengan bebas ketika mencium kejahatan.

Citizen journalism dapat menjadi stimulasi atau informasi awal untuk para jurnalis professional dalam melakukan pengumpulan berita. Dengan demikian, hybrid journalism dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan informasi di masyarakat. Kecepatan menjaid milik pewarta warga, sedangkan akurasi dan kelengkapan menjadi milik jurnalis professional. Dengan demikian, koalisi keduanya dapat dijadikan koalisi super power.

REFERENSI

Suwandi, Imam. 2010. Langkah Otomatis jadi Citizen Journalist. Jakarta: Dian Rakyat

Herman Hasyim. Kompasiana dan Masa Depan Citizen Journalism di Indonesia. 22 November 2010 | 19:54.http://media.kompasiana.com/new-media/2010/11/22/kompasiana-dan-masa-depan-citizen-journalism-di-indonesia/|

Retty N. Hakim. Catatan Pewarta Warga: Perangi Praktik Jurnalistik yang Tidak Etis. Senin, 23-03-2009 15:23:43 http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13577

Wicaksono. 2008. Dilema Jurnalisme Warga. http://blog.tempointeraktif.com/digital/dilema-jurnalisme-warga/

http://cyberjournalism.wordpress.com/2008/08/15/dewan-pers-bahas-etika-jurnalisme-warga/

Duto Sri Cahyono. Format Ideal Jurnalisme Warga: Juga Bisa Keblinger Kok ... Kamis, 11-12-2008 14:35:13 http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12095

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun