"Jika saya bisa memutar waktu...," kata Karius, mengutip Liverpool Echo.
Setelah permintaan maafnya yang cukup lama, sekitar lima menit di depan tribun pendukung Liverpool, Karius langsung berjalan menuju ruang ganti yang ia yakini (dan saya juga yakin) akan diisi oleh kemarahan teman-temannya namun pasti tidak enak hati menyalahkan Karius, sehingga akan tercipta momen akward yang tak berkesudahan.
Takut? Jelas.
Apalagi yang paling ditakuti selain dibenci oleh teman-teman sendiri yang dalam beberapa tahun terakhir hampir bertemu setiap hari dan merajut mimpi bersama.
Namun, sebelum Karius berjalan menuju ruang ganti, akhirnya ada satu orang yang cukup "jantan" merangkul Karius sambil membisiki kata-kata (yang mungkin) berisi motivasi untuk melupakan blunder yang telah terjadi. Orang tersebut adalah legenda Liverpool, bernama Jamie Carragher.
Carragher adalah salah satu orang terakhir yang hadir di bangku penonton yang turut merasakan kekalahan Liverpool dalam final Liga Champions edisi terakhir mereka di tahun 2007 setelah ditekuk oleh dendam membara AC Milan.
So, Carra memang tahu perasaan akan kekalahan di pertandingan final dan mencoba memberikan pencerahan kepada Karius, yang jujur saya yakini jelas tidak akan terdengar oleh Karius.
Dalam beberapa buku psikologi yang saya baca, terkait teori depresi dan kegagalan serta didukung oleh beberapa pengalaman pribadi dan cerita kerabat serta sahabat, saya menangkap bahwa momen Karius ketika peluit dibunyikan adalah momen ketika dirinya masuk dalam "black hole": seolah-olah ingin menyendiri sendiri dan jelas tidak akan terdengar atau tertangkap oleh memori mengenai apapun yang orang lain ucapkan, baik berupa hujatan hingga kalimat penuh motivasi.
Karius sendiri sadar bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab dari kegagalan Liverpool merengkuh juara. Mungkin akan berbeda dengan perasaan Mo Salah yang juga menyesal membuat mental pemain Liverpool menurun ketika dirinya ditarik keluar pada pertengahan babak pertama. Kali ini Karius sadar bahwa kekalahan ini 99 persen akibat kekonyolannya dalam menjaga gawang.
Sebenarnya, bukan Karius saja yang mengalami duka "dibuang" sendirian dan dijadikan kambing hitam sempurna oleh rekan-rekan setim, pelatih, hingga pendukung.
Beberapa minggu sebelum kejadian Karius ini, ada nama Sven Ulreich. Kiper Bayern Muenchen yang bermain bagus dari awal musim dan dicap tepat sebagai pengganti Manuel Neuer yang cedera, namun harus berakhir tragis (lagi-lagi) oleh blunder dirinya yang (lagi dan lagi) dimanfaatkan oleh Karim Benzema dan Real Madrid.