Walau begitu, masalah tetap terjadi dan sewaktu-waktu dapat pecah kembali. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia tentang kerukunan antarumat beragama perlu diperiksa ulang. Konflik yang melibatkan agama sebagai pemicunya merupakan bumerang untuk Indonesia dan diperlukan langkah antisipatif demi damainya kehidupan umat beragama di masa mendatang dan tidak menutup kemungkinan jika hal ini terus diabaikan, masalah yang lebih berat akan terjadi dan mengganggu keseimbangan negara dalam bidang sosial, politik, ekonomi, keamanan, budaya, dan hal-hal lainnya yang saling berkaitan. Maraknya digitalisasi dan reformasi membawa dampak kebebasan yang terkadang disalah artikan menjadi tidak terkendali.Â
Tentu rakyat Indonesia mencita-citakan masyarakat dan kelompok organisasi yang cinta damai dan penuh toleran terhadap sesama yang diikat oleh rasa persatuan nasional untuk membanfun sebuah negara yang majemuk.[10] Pancasila yang menjadi dasar negara yang dalam sila pertamanya berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" itu sudah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia, terlepas dari apa pun kepercayaan yang dipegang, bangsa Indonesia tetap menjunjung tinggi Sang Maha Kuasa, dan disambung oleh sila kedua yang menjadikan toleransi sebagai perwujudan "Kemanusiaan yang adil dan beradap" dimana saling menghargai dan berbagi akan sangat istimewa bagi setiap masyarakat Indonesia. Keteguhan dan kekokohan bangsa juga diperkuat dengan adanya sila ketiga pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia", sebuah kunci utama paling krusial dan bagaikan jantung sebuah bangsa inilah yang sampai sekarang dipegang oleh seluruh masyarakat Indonesia juga sebagai masyarakat madani itu sendiri dan keadilan yang dijanjikan oleh sila kedua dan sila kelima pancasila adalah hal terpenting dimana setiap warga negara memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, sebagai manusia yang bebas namun tetap taat pada keagamaan yang dianutnya.Â
Munculnya konsep masyarakat madani menunjukkan dinamika intelektual muslim dalam memaknai ajaran Islam terkait kehidupan modern, terutama problem politik dan kebangsaan. Tentu adalah sebuah keberhasilan apabila masyarakat madani ini dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, menunjang segala aspek kemanusiaan.[11] Istilah masyarakat madani awalnya dikenalkan di Indonesia pada Festival Istiqlal bulan September 1995. Dalam pidato Adalah Anwar Ibrahim yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Timbalan Perdana Menteri Malaysia, beliau mengatakan bahwa masyarakat madani adalah terjemahan dari civil society. Istilah itu diterjemahkan dari bahasa Arab mujtama' madani, yang diumumkan oleh Prof. Naquib Attas. Kata 'madani' berarti civil atau civilized (beradab). Madani berarti juga sebuah peradaban, dengan konsep madani bagi orang Arab memang mengacu pada hal-hal idela dalam kehidupan. Muhammad Dawam Rahardjo pun sependapat bahwa alih bahasa dan difinisi yang sesuai dari civil society adalah masyarakat madani yang kita kenal sekarang.[12] Masyarakat madani merujuk pada tradisi Arab-Islam, sedangkan dalam pemahaman civil society sendiri menganut tradisi Barat Non-Islam. Disinilah beberapa perbedaan muncul dan karenanya juga, pemaknaan lain di luar konteks awal akan merusak makna aslinya. Hal yang menjadi pembeda diantara kedua konsep ini adalah aplikasi konsep ini pada masyarakat. Civil Society telah teruji secara terus-menerus dalam tatanan kehidupan sosial-politik Barat hingga mencapai makna yang terakhir, yang turut membidani lahirnya peradaban Barat modern yang ada hingga saat ini. Keberhasilan dalam sebuah konsep merupakan nilai penting yang harus digarisbawahi, dengan sistem kepemerintahan yang dijalankan dinegaranya, negara Barat memang memiliki struktural yang kompleks tetapi tersusun dengan rapi membuatnya berhasil menghapuskan dominasi agama, monarkhi dan kapital sementara masyarakat madani baru lolos dari dominasi kolonial. Sedangkan masyarakat madani sendiri merupakan keterputusan konsep ummah yang merujuk pada masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam perspektif Islam, civil society lebih mengacu pada penciptaan peradaban. Tentunya sangat bersinggungan dengan artinya, hal ini menyatu dalam pengertian al-madinah yang arti harfiyahnya adalah kota.[13] Dengan demikian, civil society yang diterjemahkan sebagai masyarakat madani mengandung tiga hal utama yakni agama, peradaban, dan perkotaan. Dengan agama sebagai sumber, peradaban sebagai proses, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa masyarakat madani dengan konsep Arab-Islam dapat bersaing dengan civil society yang menganut konsep Barat Non-Islam, tidak ada yang salah dari kedua konsep namun dalam pandangan Islam, masyarakat madani dinilai dapat lebih mengayomi dan tetap berpegang teguh pada agama yang dianut. Sebagaimana konsep ini diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, hal utama mengenai perbedaan dapat terselesaikan dengan terciptanya masyarakat madani. Masyarakat yang tidak ketinggalan zaman dan terus mengejar ketertinggalan tanpa meninggalkan nilai moral sebagai seorang manusia.
Menurut Anwar Ibrahim sediri, masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu kemajemukan budaya (multikuktural), hubungan timbal balik (reprocity), dan sikap saling memahami dan menghargai. Â Dengan lebih dari 478 suku bangsa di Indonesia tentu kebudayaan sangat melekat dan berbeda di setiap sukunya, beberapa tradisi nenek moyang yang masih dilestarikan pun menjadi daya tarik Indonesia sendiri. Ini merupakan bentuk awal dari sebuah masyarakat madani, dimana perbedaan yang dapat dilihat dari ujung barat hingga ujung timur pulau di Indonesia memiliki keberagaman yang melimpah, tidak luput dari bahasa dan agama yang ada, Indonesia merupakan negara yang sangat tepat untuk konsep masyarakat madani ini. Perbedaan yang menyangkut hubungan timbal balik dapat dirasakan setiap harinya, dimana bertemu dengan orang yang berbeda suku dan agama merupakan hal yang sangat awam di negara ini. Dengan adanya fakta bahwa keberagaman Indonesia sangat melimpah, masyarakat pun sadar dan akhirnya memiliki sikap saling memahami dan menghargai sesama. Masyarakat madani, yang merupakan masyarakat berbudaya, kota, berperadaban tinggi, berbudi luhur, dan demokratis, merupakan sebuah kelompok masyarakat yang utuh dan dapat memeluk sesama tanpa memikirkan perbedaan besar kecil yang ada karena setiap agama memiliki misi untuk membawa kedamaian dan keseimbangan hidup, tidak hanya untuk manusia saja tetapi semua mahkluk Tuhan yang ada di bumi ini.
- Batas Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi memang menciptakan kerukunan antar umat beragama namun toleransi bukan sekedar menghormati dan menghargai agama lain. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam toleransi umat beragama. Dalam Islam dijelaskan bahwa toleransi antar umat beragama memang diajarkan dan dianjurkan untuk dilakukan. Islam dalam surat Al-Mumtahanah Ayat 28 mengajarkan bahwa Islam tidak melarang untuk membantu dan berhubungan baik dengan agama lain, dengan catatan tidak dikaitkan dengan aqidah dan ibadah wajib. Dalam kitab suci Al-Quran juga dijelaskan bahwa Islam tidak memaksa siapapun untuk memeluk Islam. Karena itulah Islam saja mengajarkan bahwa kita harus tetap menjaga hubungan dengan agama lain dan tidak melarang sama sekali berhubungan dengan agama lain. Sikap toleransi beragama bukan berarti harus membenarkan keyakinan pemeluk agama lain atau harus meyakini bahwa semua agama merupakan jalan yang benar dan direstui. Namun, yang dibutuhkan dalam toleransi adalah sikap saling menghargai terhadap pilihan orang lain dan eksistensi golongan lain, tidak perlu sampai membenarkan sebuah kepercayaan, kebenaran hanya milik masing-masing pemeluk agama.[14]
Islam mengajarkan toleransi dengan pandangan bahwa kita harus menerima bahwa memang ada agama lain yang memang memiliki keyakinan masing-masing. Islam memang mengajarkan bahwa agama yang paling benar adalah Islam, namun tidak meminta untuk setiap orang yang berbeda keyakinan untuk memeluk Islam karena itu merupakan sebuah paksaan. Justru kita harus bisa menerima mereka dengan membantu dan saling menghargai bahwa mereka memang memiliki perbedaan keyakinan. Kita tidak berhak untuk melarang atau memusuhi mereka.
Selain itu, dijelaskan bahwa kita tetap harus menjaga hubungan dengan umat agama lain dan tidak mengganggu aqidah dan ibadah wajib. Seperti, ikut merayakan ibadah di hari perayaan agama lain, menerima undangan dalam kegiatan keagamaan umat lain, mengikuti gaya hidup yang bertentangan dengan aqidah, dan sampai membenarkan agama mereka dengan "percaya" bahwa Tuhan mereka ada. Percaya dalam artian bahwa mereka memang yakin ada Tuhan selain Allah, hal inilah yang dimaksud toleransi berlebihan. Padahal kita cukup membiarkan pendapat mereka soal Tuhan mereka dan tidak perlu ikut membenarkan adanya, karena sebagaimana yang diajarkan oleh Islam bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kita cukup menerima dan menghargai adanya agama lain tanpa ikut campur dalam urusan keagamaan dan keyakinan umat lain.
PENUTUPÂ
Masyarakat madani pada akhirnya dapat muncul dengan sendirinya, ia butuh dukungan yang dapat membentuk itu secara alamiah. Hal-hal yang dialami oleh masyarakat dapat menentukan peradaban seperti apa yang akan dihadapi oleh sebuah bangsa yang dimulai oleh sekelompok masyarakat kecil. Lingkungan memberikan dampak besar bagi terciptanya masyarakat yang madani. Faktor-faktor tersebut adalah kesatuan yang menjadi karakter juga mengikat masyarakat madani.
      Bukan tanpa alasan sebuah aturan masyarakat madani tercipta, ini karena sekarang semakin marak orang-orang yang belajar agama tetapi dengan ajaran yang sangat melenceng dari yang seharusnya agama itu katakan. Beberapa hal ini dapat membuat perdebatan antaragama terjadi, jika sudah seperti ini tentu tidak ada yang mau mengalah soal kepercayaannya yang tidak diterima oleh kepercayaan lain. Mungkin suatu hal dapat menjadi larangan dan dosa besar di suatu agama, tetapi di agama lainnya hal tersebut bukanlah sesuatu yang membuat dosa dan tidak masalah apabila dilakukan oleh si pemeluk agama tersebut. Tetapi terkadang, kedamaian memang suka diusik dan terusik dengan cepat, fatalnya dapat membuat perpecahan dalam kesatuan terjadi.