Mohon tunggu...
Tharisa Quilla Azizah
Tharisa Quilla Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Brawijaya

Start Dreaming Start Action

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batas Toleransi Masyarakat Madani Demi Kerukunan Umat Beragama

26 November 2021   22:57 Diperbarui: 26 November 2021   23:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketiga faktor tersebut memang banyak menimbulkan konflik. Ketiganya merupakan faktor dari non keagamaan dan keagamaan. Non keagamaan disini berupa konflik politik, ekonomi, pendidikan, hukum, kebijakan, sampai pemberitaan media. Sedangkan faktor keagamaan yang memicu konflik berupa ujaran kebencian agama, pembangunan rumah ibadah, kebijakan bidang agama yang meresahkan, dan penyebaran aliran agama non-mainstream.[4] Setiap konflik keagamaan memang memiliki latar belakang masing-masing dari yang berawal dari murni keagamaan atau non keagamaan, bahkan dalam konflik besar keagamaan seperti Perang Salib jika dilihat lebih dalam tidak benar-benar murni keagamaan karena ada perebutan kekuasaan, sumber daya, dan lainnya. Bahkan konflik masyarakat di Indonesia seperti Maluku, Ambon, dan Poso juga berawal dari perebutan kekuasaan dan permasalahan sumber daya yang sangat terbatas lalu mengikutsertakan isu agama serta tokoh-tokoh agama dalam konflik tersebut[5] Karena sebenarnya agama memang menciptakan kedamaian dalam ajarannya, bukan untuk saling bermusuhan apalagi menciptakan konflik yang mengakibatkan perpecahan.

  • Toleransi Antar Umat Beragama

Toleransi sebagaimana yang telah kita kenal adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan dari setiap orang. Artinya kita menerima perbedaan tersebut dan tidak mengusik atau menentang perbedaan antara satu dengan yang lain sehingga kita akan menerima dengan terbuka perbedaan tersebut. Dalam toleransi kita menyamakan kedudukan kita dan tidak memberikan tekanan terhadap perbedaan. Secara  normatif nilai-nilai dasar yang menjadi landasan terbentuknya toleransi antar umat beragama adalah sebagai berikut:[6]

  • Nilai Agama

Bentuk toleransi umat beragama bisa berbagai macam. Namun dalam penerapannya hal yang paling penting adalah ajaran agama yang dipahami dengan perspektif terbuka karena pada dasarnya toleransi telah diajarkan oleh setiap agama untuk menghormati dan menghargai agama lain. Perbedaan Tuhan dan kepercayaan yang dianut bukanlah masalah karena sejatinya, kita sebagai umat beragama tidak berhak menginterupsi umat lain karena perbedaan kepercayaan dan Tuhannya. Sebagai contohnya umat Islam dan Kristen yang hidup berdampingan di Mojokerto. Keduanya bisa hidup berdampingan karena ajaran agama masing-masing mengajarkan menghargai sesama. Islam pada prinsip toleransi adalah tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama lain dan berhak menganut agama yang dia yakini serta beribadah sesuai ajaran agamanya. Islam juga mengajarkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda, karena semua itu demi mengajarkan manusia untuk saling memahami, mengenal, dan menghormati satu sama lain. 

  • Nilai Budaya

Selain ajaran agama juga terdapat toleransi berdasarkan budaya. Budaya lahir dari kebiasaan-kebiasaan suatu kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Budaya yang membentuk toleransi biasanya karena sikap menghormati dan menghargai telah diterapkan pada setiap kegiatan. Salah satunya adalah gotong royong yang menciptakan kerja sama antar sesama dan membangun hubungan dari setiap perbedaan menjadi lingkungan yang saling mengerti satu sama lain. Budaya tolong menolong juga membangun hubungan antar umat beragama yang lebih baik. Pengaruh budaya dalam toleransi sangat tinggi karena pada dasarnya, setiap tempat memiliki budaya yang bernilai tinggi dan dinilai penting dalam menciptakan ruang lingkup masyarakat yang tentram.

Sedangkan, ditinjau melalui observasi atau pengamatan tentang nilai-nilai yang membentuk toleransi adalah sebagai berikut:[7]

  • Kemanusiaan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang mana sudah menjadi sikap manusia untuk terus bergantung kepada yang lainnya. Manusia tidak dapat menyelesaikan segala masalah sendiri maka mereka perlu berhubungan satu sama lain dan saling membantu. Selain itu setiap kebutuhan manusia memang tidak dapat dipenuhi sendiri, terkadang mereka perlu pertolongan dari orang lain, seperti menanggulangi banjir, kebakaran, membangun rumah, dan saling berkomunikasi. Naluri dasar manusia yang membutuhkan orang lain ini mendorong toleransi dalam setiap perbedaan. Karena perbedaan tersebut memiliki masing-masing kebutuhan yang bisa saling melengkapi satu sama lain.  Maka kita perlu mengurangi sikap saling cemooh dan individualis dengan beranggapan bahwa kita tidak memerlukan orang lain.

  • Nasionalisme 

Indonesia memiliki beragam suku, budaya, ras dan agama. Dengan berbagai perbedaan tersebut membuat kita harus sadar bahwa ada banyak perbedaan dalam lingkungan kita. Sebagai negara dengan banyak perbedaan tersebut, Indonesia masih dapat bersatu dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dibangun dan dipertahankan oleh berbagai macam perbedaan hingga menjadi negara kesatuan bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu kita perlu menanamkan jiwa nasionalisme, menghargai dan menghormati setiap perbedaan dengan rasa cinta tanah air akan mendorong toleransi menjadi lebih tinggi.  Toleransi yang tercipta karena jiwa nasionalisme akan membangun masyarakat yang saling tolong menolong dan membantu kemajuan Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak keanekaragamannya.

  • Tokoh Agama

Tokoh masyarakat menjadi panutan atau cerminan yang diikuti oleh masyarakat. Dalam praktiknya, tokoh masyarakat terutama tokoh agama akan sangat berperan penting dalam mendorong toleransi dari setiap tindakan mereka. Setiap bentuk kegiatan yang dilaksanakan akan menjadi contoh yang dilihat oleh masyarakat. Sehingga perlu bentuk nyata toleransi seperti menghormati dan menghargai agama lain. Sesama tokoh agama meskipun berbeda mereka bisa menjaga tali persaudaraan dan hubungan yang saling menghargai maka bisa membangun toleransi yang tinggi juga pada diri masyarakatnya.

Kehidupan berdampingan tersebut memang menjadi kenyamanan bersama. Apalagi mampu mempertahankan toleransi dalam waktu yang sangat lama dan terus berhubungan baik tanpa adanya perpecahan. Toleransi yang diajarkan agama seharusnya dapat dilihat dengan jelas, bahwa agama telah mengajarkan untuk tidak saling bermusuhan dan harus saling menerima. Selain itu setiap agama telah memberikan ajaran bahwa kita memang harus menghormati umat agama lain dan tidak mengganggu aktivitas masing-masing. Karena toleransi yang diajarkan seperti itu menciptakan kerukunan antar umat beragama yang sangat harmonis. Tidak adanya perpecahan dan membantu sesama. Menciptakan masyarakat dengan tujuan yang sama dan membangun masyarakat madani yang sangat kuat.

  • Terciptanya Masyarakat Madani 

Masyarakat madani adalah sebuah istilah dari suatu masyarakat yang sadar akan hak-hak warga masyarakat dan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara, beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta maju dalam penguasaan iptek[8]. Jika dilihat secara luas, masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang kokoh dan berpendirian, hal-hal mengenai aspek kemanusiaan dapat dengan mudah diketahui oleh kelompok masyarakat ini. Akan sangat menguntungkan apabila di tiap-tiap masyarakat kita terdapat masyarakat madani, kemungkinan turunnya kesenjangan pun akan sangat besar mengingat masyarakat madani merupakan sebuah lingkungan positif yang selalu taat pada norma kemanusiaan. Indonesia sebagai negara demokratis dengan masyarakat yang madani di dalamnya akan saling menguntungkan dan bermanfaat bagi keduanya, penegakkan hak asasi manusia yang merupakan kewajiban setiap warga negara dapat didukung sepenuhnya, kedamaian juga dapat tercipta apabila sesama manusia dapat saling menghargai dan bertindak sesuai norma-norma kehidupan. 

Persatuan dan kesatuan yang erat sebagai sesama masyarakat Indonesia, sudah kita rasakan sejak dini. Dimana perbedaan bukanlah sebuah hambatan bagi kita untuk bersikap toleran dan sopan sesama umat beragama. Sejatinya, keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia, pada prinsipnya, sudah diatur dengan benar[9]. Perbedaan pendapat dan timbulnya konflik antar umat beragama lumrah terjadi dan itu adalah sebuah kesalahan fatal yang memerlukan tindakan kesadaran bahwa beragam adalah keunikan yang Indonesia miliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun