Mohon tunggu...
Tharisa Quilla Azizah
Tharisa Quilla Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Brawijaya

Start Dreaming Start Action

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batas Toleransi Masyarakat Madani Demi Kerukunan Umat Beragama

26 November 2021   22:57 Diperbarui: 26 November 2021   23:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak masyarakat yang menerima perbedaan tersebut dan hidup dengan saling menerima satu sama lain tanpa adanya penekanan atau pertentangan. Bahkan saling membantu terhadap kegiatan agama masing-masing. Kasus dari perbedaan agama juga muncul akibat beberapa orang yang sulit menerima dan terlalu memaksakan kehendak mereka agar orang-orang yang berbeda pandangan dan agama bisa mengikuti mereka. Hal tersebut menjadi akar utama adanya kerusuhan dan kasus-kasus karena perbedaan agama.

Toleransi menajdi faktor utama dalam membangun kerukunan pada masyarakat beragama, sehingga perlu kesadaran masyarakat agar bisa saling memahami dan menerima satu sama lain. Dengan begitu masyarakat madani bisa terbentuk dan kerukunan tetap terjaga adanya. Namun toleransi yang dimaksud bukan berarti sepenuhnya menerima perbedaan dan membenarkan setiap pertentangan agar terlihat sama. Toleransi juga memiliki batas dimana setiap hal tidak dapat diterima begitu saja dan mewajarkannya. Jika setiap orang melakukan toleransi tanpa mengetahui maksud dan tujuan utamanya, maka bisa membuat lingkungan yang ambigu.

PEMBAHASAN

            Perbedaan keyakinan dan agama memang sering menimbulkan konflik yang sangat meresahkan. Setiap pihak mengalami kerugiannya masing-masing dan tidak jarang juga menciptakan lingkungan yang tidak aman karena rasa permusuhan yang timbul dari konflik tersebut. Maka dari itu perlu menangani konflik tersebut dengan sebaik mungkin. Toleransi sendiri menjadi pilihan utama yang menjadi dasar menciptakan masyarakat yang rukun meskipun terdapat perbedaan.

  • Latar Belakang Konflik Umat Beragama

Setiap konflik yang terjadi diantara umat beragama seringkali timbul tanpa sebab yang jelas karena pada awalnya hubungan antar umat beragama sangatlah harmonis dan saling menerima satu sama lain. Jika terjadi penolakan, maka sedari awal mereka tidak akan pernah hidup berdampingan. Maka dari itu pasti ada latar belakang dari konflik-konflik yang terjadi.

            A.1 Masalah Sosial

Konflik umat beragama bisa terjadi karena kesalahpahaman atau perbedaan pemahaman dalam memberikan pendapat mengenai berbagai aspek yang juga tercampur oleh aspek lain seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Masalah sosial yang dapat menimbulkan konflik juga terdapat pada perbedaan sikap, pendirian, dan perasaan setiap individu, kemudian perbedaan budaya yang juga seringkali menimbulkan konflik karena bertentangan dengan pola hidup dari budaya masyarakat lain.[1] Lingkungan sosial menjadi dasar dari setiap hubungan yang terjalin karena pada hakikatnya setiap hubungan berawal dari membangun pemahaman satu sama lain dalam ruang lingkup sosial.

            A.2 Salaf Penafsiran Doktrin Agama

Agama mengajarkan kebaikan dan kemuliaan pada penganutnya. Setiap adanya larangan dari agama, maka masyarakat percaya bahwa hal tersebut pastilah buruk. Namun ada kalanya pemahaman tersebut menjadi berbeda dari yang seharusnya. Doktrin atau ajaran agama semestinya memberikan ajaran mengenai kebaikan dan menciptakan kedamaian yang aman, nyaman, dan tentram. Biarpun begitu ada beberapa orang yang salah mengartikan dan mengubah secara besar ajaran yang tercantum. Konflik yang terjadi antar umat beragama cenderung berbentuk kekerasan yang memaksa. Kekerasan tersebut karena mereka melihat dan mengartikan sendiri bahwa kekerasan dapat dilakukan. Gambaran dari keadaan dan kondisi tertentu yang menunjukkan bahwa kekerasan dapat dilakukan menjadi salah satu latar belakang dari kekerasan diperbolehkan oleh agama. Meskipun terdapat pengecualian bagaimana kekerasan dapat dilakukan, namun keruwetan pemahaman tersebut menjadi ketidakjelasan yang belum benar-benar dijelaskan bagaimana hukumnya dalam agama dan akhirnya praktik kekerasan tersebut seringkali digunakan oleh beberapa kelompok. Padahal bagaimanapun bentuknya, kekerasan merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan asumsinya dalam agama.[2]

            A.3 Truth Claim

Truth claim atau klaim akan kebenaran bahwa agamanya lah yang paling benar adanya. Pandangan ini tercipta dari pemahaman perspektif orang-orang bahwa agama mereka adalah yang paling benar dan mengharuskan untuk disebarkan kepada yang lainnya. Penyebaran agama yang mereka lakukan ini menjadi krusial, karena bisa membuat ketegangan antar umat beragama lainnya.[3] Perspektif yang mereka yakini akan sangat bertentangan karena setiap dari mereka mengklaim bahwa agamanya lah yang paling benar. Hasilnya pertentangan karena perbedaan perspektif membuat konflik semakin memanas. Truth claim yang harusnya diyakini bahwa memang agama yang dianut oleh mereka itu benar dan tidak perlu memaksakan klaim tersebut kepada orang lain. Cukup kepada kepercayaan masing-masing tanpa perlu mengaplikasikan perspektif mereka terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun