identitas perilaku "jawi" yang ditekankan:
- Jawi Bares: Ini mengacu pada sifat jujur, terus terang, dan polos. Sosrokartono digambarkan sebagai sosok yang tidak suka berbelit-belit dalam ucapan dan tindakannya. Ia lebih memilih untuk menjadi diri sendiri tanpa berpura-pura.
- Jawi Deles: Istilah ini mengacu pada sifat yang benar dan tidak berubah-ubah. Sosrokartono dipandang sebagai sosok yang konsisten dalam prinsip dan nilai-nilainya. Ia tidak mudah terpengaruh oleh keadaan atau godaan untuk mengubah pendiriannya.
- Jawi Sejati: Ini menunjukkan bahwa Sosrokartono adalah orang yang asli dan tulus. Ia tidak mementingkan penampilan atau citra semata, melainkan lebih fokus pada kualitas batin dan tindakan yang nyata.
ketiga identitas perilaku ini menggambarkan sosok Raden Mas Panji Sosrokartono sebagai seorang yang:
- Autentik: Ia selalu menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berpura-pura.
- Berintegritas: Ia memiliki prinsip yang kuat dan konsisten dalam menjalankan hidup.
- Tulus: Ia memiliki niat yang tulus dalam segala hal yang dilakukan.
Identitas perilaku "Jawi" yang melekat pada Sosrokartono sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai filsafat Jawa. Nilai-nilai seperti kejujuran, ketulusan, dan kesederhanaan merupakan bagian integral dari ajaran Jawa.Â
Sosrokartono dapat dianggap sebagai representasi dari sosok Jawa ideal yang memiliki sifat-sifat tersebut. Identitas perilaku "Jawi bares, deles, sejati" yang melekat pada Raden Mas Panji Sosrokartono menggambarkan sosok yang sangat ideal. Nilai-nilai yang dianutnya masih sangat relevan hingga saat ini dan dapat menjadi pedoman bagi kita dalam menjalani hidup.
1. Tansah anglampahi muriding agesang (senantiasa menjadi hidup sebagai murid kehidupan)
Sosrokartono senantiasa menempatkan dirinya sebagai seorang pelajar sepanjang hayat. Ia tidak pernah berhenti belajar dan mencari pengetahuan, baik itu tentang dirinya sendiri, alam semesta, maupun kehidupan. Sikap ini menunjukkan kerendahan hati dan keinginan untuk terus berkembang. Sosrokartono tidak pernah merasa sudah cukup tahu atau sempurna, melainkan selalu terbuka terhadap pengetahuan baru.
2. Sinau ngarosake lan nyumerapi tunggalipun manungsa, tinggalipun rasa, tunggalipun asal lan maksud agesang (belajar merasakan mengetahui dimana manusia itu satu, asal sama, belajar memahami tujuan hidup)
 Sosrokartono menekankan pentingnya memahami hakikat kemanusiaan. Ia mengajak kita untuk merenungkan asal-usul kita, kesamaan sebagai manusia, dan tujuan hidup yang sebenarnya. Sikap ini mengarah pada kesadaran akan persatuan dan kesatuan seluruh makhluk hidup. Sosrokartono mengajak kita untuk hidup dengan lebih penuh empati dan kasih sayang terhadap sesama.
3. Murid, gurune pribadi, muride pribadi, Pamulangane sengsama sesami (murid, guruna pribadi; guru, murid pribadi; pelajarannya penderitaan sesame, pahala kebaikan, dan keharuman sesama)
 Sosrokartono melihat proses belajar mengajar sebagai hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Kita bisa menjadi murid sekaligus guru bagi diri sendiri dan orang lain. Pelajaran hidup yang paling berharga adalah berasal dari pengalaman bersama, baik suka maupun duka.