Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

[Catatan Budaya] Unjuk Rasa Wong Cilik

21 September 2016   15:33 Diperbarui: 21 September 2016   17:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jarot10.blogspot.com

Orang Kecil Saja

Perhatikan ungkapan Bung Karno terkait nasib wong cilik.  Presiden Pertama Republik Indonesia pernah mengatakan bahwa : Selama masih ada ratap tangis rakyat miskin di gubug gubuk  maka perjuangan belum selesai. Betapa besar kepedulian Bung Karno terhadap nasib wong cilik.  Kemudian dari pada itu berdirilah partai politik yang katanya membela wong cilik.  Namun dalam perjalanan waktu semua menjadi bias dan semu.  Apakah semangat  Bung Karno hanya tinggal slogan,  sementara masih saja terjadi penggusuran tempat tinggal wong cilik.   

Disinilah perlu dipertanyakan apakah keberpihakan kepada wong cilik itu telah bergeser kepada kepentingan lain. Unjuk rasa wong cilik tidak bertenaga lagi seiring dengan semakin terpuruknya tingkat ekonomi.  Kesehatan dan pendidikan yang seharusnya menjadi kepedulian parpol pendukung wong cilik telah sirna. Sandang pangan dan papan idaman rakyat kecil hanya sebentar disuarakan ketika kampanye Cagub, setelah itu sirna.  Wong cilik semakin tidak berdaya.

Berbekal pengalaman di lupakan oleh para pembesar kini muncul ide.  Wong cilik itu tidak mau lagi dijadikan sebagai media guna  memenangkan cagub di pilkada. Saudara saudara yang berada dibawah garis kemiskinan ini protes, mereka nampaknya tidak suka lagi disebut sebagai komunitas wong cilik. Mereka saat ini lebih suka disebut orang kecil.   Entah apa alasan logis yang disampaikan. Mungkin wong cilik yang di singkat WC memberi nasib sial bagi mereka. Oleh sebab itu mereka lebih senang di panggil Orang Kecil yang disingkat OK.

Nah lebih mantab bukan ? Dari pada pakai WC yang selalu dikonotasikan tempat kotor , jorok dimana lokasi ini dijadikan sebagai  tempat membuang segala hajad .  Selain itu tidak terbantahkan pula bahwa WC  memiliki aroma tidak sedap alias bau menyengat.  Oleh karena itu dari pada pakai WC (Wong Cilik)  maka lebih baik mengguna kosa kata Orang Kecil di singkat OK.

Yes inilah pergerakan atau pergeseran budaya wong cilik menjadi orang kecil yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Semoga dengan perubahan panggilan itu hidup mereka bisa menjadi lebih baik.  Tentu saja perubahan istilah ini bisa segera di gunakan oleh seluruh Capres dan turunanya (Cagub, Cabup, Cawalkot, dlisb) .  Hilangkan WC ganti dengan OK

Salamsalaman

TD ,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun