Aku tercekat. Suara Ibu, ibu mertua.
"Waalaikum salam, Bu...."
Terdengar desah nafasnya.
"Maafkan Ibu, ya."
Aku kian gugup. Karena didahuluinya mengucapkan kata-kata sakti pada Lebaran seperti ini. Saat aku sendirian, dan kesepian serta bingung dengan hilangnya aggrek ungu yang kutinggal shalat Zuhur di hari lebaran.
"Kenapa ndak ikut pulang, sih, Mas....?"
Aku tak bisa menjawab. Dadaku kian berdegup. Makin panas sekitar uluhati. Keringat menderas di sekujur punggung, ketika, dahi, dan leher. Persis ketika dari seberang lima buah mangga yang masih menggantung seperti ada bayangan wanita cantik sedang menggoyang-goyangkan anggrek ungu. Lalu bayangan itu mengabur. Menghilang. ***
AP, 16/06/19 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H