Iis duduk mencangkung saat lembayung senja belum genap. Ia menunggui dagangan emak tanpa mengeluh. Meski besok, Senin dan beberapa hari lagi ia akan sekolah. Dan ia tak punya bekal untuk pergi ke sekolah. Buku, dan apalagi tas. Semua diterjang air laut yang tiba-tiba datang menggulung.
"Iis ...."
Gadis itu menoleh. Dilihatnya sesesok lebih besar dari dirinya berlari dan membentangkan tangannya. Dengan suara tercekat.
"Kak Praptiiii ...," desis Iis saat ia dipeluk si pemanggil itu.
Lama keduanya berpelukan. Lama keduanya menangis.
"Kau tidak apa-apa?"
Iis sulit menjawab.
"Ya, aku ngerti. Aku ngertiiiii...."
Kembali keduanya berpelukan. Lama.
"Eh, aku bawakan ini khusus untukmu, Is."
Iis menerima bungkusan rapi.