Aku mengangguk takzim. Sembari memperhatikan R yang begitu menikmati latihan menjelang keberangkatan ke Eropa.
"Bandung sedang dingin, kemarau. Jadi bagaimana mungkin hujan," R setengah membantah kalau di Jakarta semalam hujan sebentar. Hujan lokal.
"Seperti puisi Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damono. Hujan anomali. Seperti juga aku melihat kamu memainkan musik angklung. Kalau kamu berjalan di catwalk, sudah biasa. Tapi ini?"
R mengikik. Kedua pipinya berdekik.
"Nyatanya aku bisa, kan?"
Aku mengiyakan.
Kami masih menikmati lingkungan Saung Udjo. Meski beberapa teman R sudah meninggalkan lingkungan itu.
"Aku sore hari ini ingin ke Lembang," kata R seraya menyerahkan kunci mobil.
"Trus? Nggak masalah, kan?"
Ia menggeleng.
"Mengharap hujan saja ...."