"Nggak dipotong-potong?"
Dia tertawa.
"Abang, ih."
Aku meninggalkan warung kecil Mpok Imah ketika selintasan kulihat istri naik motor. Mungkin ia tak tahu. Atau pura-pura. Aku memang tidak bilang untuk makan lontong sayur di warung Mpok Imah. Bahkan istri kerap tidak suka kalau aku ditanya dari mana dan kujawab dari makan lontong sayur di ujung jalan tak terlalu ramai itu.
"Besok ngelontong lagi, ya Bang?"
"He eh. Ditemenin Mpok Imah, dong?"
"Kalau itu sih mending makannya malem-malem."
Aku melongo.
"Kite makan bareng."
Aku garuk-garuk kepala. Bergegas meninggalkan warung Mpok Imah. Siapa tahu istri berputar haluan menjemputku.
***