Berita menggelegar itu menyibak terik siang panas langit Jakarta. Setelah ia yang dikabarkan sakit mendadak itu menjelang diperiksa oleh aparat. Â
"Benar dia mati?"
"Ya."
"Yang bener?"
"Kok ndak percaya?"
"Ya, ndaklah. Wong kemarin sehat. Malam sempat ngasih uang sama sopir temanku yang biasa mangkal di Senayan deket Resto Taman itu."
Pembicaraan bukannya mandeg. Namun melebar-lebar. Tentang Setnov yang dikenal kaya raya, yang kalau berjalan saja nyaris tak menapaki tanah. Mengambang. Sepatunya terus mengkikat. Batik lengan panjangnya licin, selicin jidatnya. Ia tampam dendi di usianya yang bisa dibilang tak muda. Karena perangkat yang menempel di dirinya yang super mahal.
"Dia belum pantas mati."
"Kok?"
"Lha, duitnya banyak. Masak sakit kecil mendadak gitu aja mati."
"Mestinya?"