"Baik." Dan ia menggamit lenganku lebih erat. "Kalau ini membuat Abang jadi hangat. Tapi jangan menciumku."
Aku mengernyitkan kening.
"Kenapa?"
"Mulut abang sepertinya baru mengudap ayam goreng."
Tawaku cukup kencang. Setidaknya menguncang jalan besar kota yang pagi ini sedang dingin seperti yang disebutkan Rere dari fb yang mampir ke hapenya.
"Taunya?"
"Ah, masak sih Re sukanya sama wanita."
"Tadi makanku paha ayam itu pake sambal nggak?"
"Itu urusan lalaki. Ini di tanah Pasundan, Abang."
Aku manggut-manggut. Dan aku menggoda. "Apa hubungannya?"
"Di sini, orang suka lalapan. Apalagi kalau makannya di warung Sunda seperti depan terminal bis ...."