Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rembulan di Permukaan Kolam Kecil

16 Mei 2017   06:30 Diperbarui: 16 Mei 2017   14:27 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama aku pelajari satu puisi

Sayang, bila hanya angin yang mengerti

Kakinya yang memar karena terpeleset di selatan Kraton itu, kupijit-pijit. Sesekali ia menjerit kecil. Menahan nyeri.

“Kubasuh, ya?”

Ia mengangguk.

Rembulan di atas sehari setelah purnama, lumayan menerangi kami yang duduk di tepian kolam renang kecil guest house kawasan padat itu, dengan aku memijit-mijit betis putih Tika yang memar. Kami seperti terlempar jauh, entah berapa lama. Perjalanan kami ke Jogja melengkapi sebuah oase pertemuan-pertemuan selama ini. Sebelum terdampar di sini.

“Aku belum pernah melakukan perjalanan seperti ini ....”

“Dan dengan cara yang aneh.”

“Karena kau ....”

“Karena aku?”

Ia menggoyangkan badannya ke kiri yang menyenggol bahuku. Ah, tubuh yang lunglai sebenarnya setelah perjalanan panjang itu, sejak kemarin dan siang tadi kami beraktivitas di sana. Pertemuan dengan orang-orang yang diseret pada kreativitas yang kadang tak bisa dimengerti oleh orang-orang kebanyakan.

Kami diam. Cahaya rembulan jatuh ke kolam renang. Bulatan itu kupercik dengan air. Bergoyang-goyanglah planet bersemu oranye yang telah tinggi itu.

“Aku goyah kernamu ....”

“Bukan kau goyah karena mataku?”

“Apa saja menggoyahkanku hingga aku mampu lari sejauh ini.”

Aku terdehem.

“Belum jauh....”

“Namun sudah membuatku mendekatmu.”

Itu sudah kualami lewat bibir tipis lembut dan menggairahkan ketika ia melumat dan menindihku. Sembari kaukatakan: ini bibir wanita keberapa yang kaulumat? Sejauh itukah aku dalam pandanganmu? Sebagai lelaki yang telah melarikan dari kenyataan keseharianmu sebagai wanita terhormat, yang ada dalam kerumunan para sahabat?

“Betapa jahat aku, ya?”

“Karena itu kau seperti matahari dan aku rembulan. Berkejaran ingin berpelukan ....”

 Aku tertawa. Rembulan diam bertengger di atas dan diam di permukaan air kolam renang.

“Jadi ....”

“Aku nggak ingin kau menghempaskannya ....”

“Dari?”

“Kenyataan. Kalau kau ini benar seperti yang ada kesamaan-kesamaan di antara kita.”

“Misal?”

“Aku punya tahi lalat tersembunyi, dan kau ada andeng-andeng di situ juga.”

Aku tertawa.

“Iiiih ...!”

Aku tak ingin menimpali seruan manja Tika itu. Biar itu menjadi milik kebiasaannya. Khas wanita yang kangen panjang pada buaian sentuh jemari lentik yang kupunya. Yang bisa menggelitik hati banyak kepada wanita. Namun tak pernah kugunakan. Untuk apa? Aku bukan lelaki seperti yang dibayangkan banyak wanita yang kenal denganku. Hanya karena aku punya sesuatu yang bisa meruntuhkannya.

“Kita bobok, yuk.”

Ia menggeleng.

“Atau jalan sebentar, mencari mie Jowo ....”

Tetap menggeleng.

“Trus?”

“Di sini saja. Sampai rembulan tepat di atas kepala kita.”

Aku pijit betis memarnya.

“Aduuuuh ....”

Aku tertawa kecil.

“Jahat, ih!”

Lalu kuserobot bibirnya yang baru saja menjerit itu. Ia diam. Hanya sesekali menatap ke langit, di mana kerinduannya tinggal kerinduan, tunai sudah. Dengan rembulan yang tak bergerak, meski sudah bergeser sejak awal kami duduk di tepian kolam renang guest house itu.

“Kupetikkan bintang, satu saja, ya?”

Matanya yang terpejam persis di depan matamu, kelopaknya bergerak-gerak lembut.

Ke mana pun aku pergi

Bayang-bayangmu slalu mengejar.

***

AP, 16/5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun