“Atau jalan sebentar, mencari mie Jowo ....”
Tetap menggeleng.
“Trus?”
“Di sini saja. Sampai rembulan tepat di atas kepala kita.”
Aku pijit betis memarnya.
“Aduuuuh ....”
Aku tertawa kecil.
“Jahat, ih!”
Lalu kuserobot bibirnya yang baru saja menjerit itu. Ia diam. Hanya sesekali menatap ke langit, di mana kerinduannya tinggal kerinduan, tunai sudah. Dengan rembulan yang tak bergerak, meski sudah bergeser sejak awal kami duduk di tepian kolam renang guest house itu.
“Kupetikkan bintang, satu saja, ya?”
Matanya yang terpejam persis di depan matamu, kelopaknya bergerak-gerak lembut.
Ke mana pun aku pergi
Bayang-bayangmu slalu mengejar.
***
AP, 16/5