“Senyam-senyum. Cepet, ambilin laptop.”
Si Muda pun berlalu ke belakang. Meski bingung. Dan ia justru mengambil HP cantik milik pimpinannya yang melengking-lengking kayak kuda birahi. Lalu ia menjawab seperti biasanya, kewenangannya sebagai pembantu paling dipercaya bosnya.
“Ini yang terakhir, dari pasangan di tipi itu, Imam. Katanya ingin ngomong sendiri ....”
Si Lelaki itu melotot jengkel. Namun demi mendengar telepon penting, dan ingin berbicara langsung, berarti memang penting.
“Oh, jadi ente mau transper ....”
“Ya, Imam.”
“Gitu, dong. Masak kalah sama dua yang lainnya.”
“Saya minta doanya saja.”
“Doa sih doa. Berapa lu mau ngasih?”
“Jangan gitu, dong. Gue udeh mau bener.”
Lelaki itu tertawa terkekeh.