Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Antara Tiga Wanita Hamil itu

11 Desember 2016   05:14 Diperbarui: 11 Desember 2016   09:09 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang berdiri tepat di antara mereka yang berhak: dua wanita hamil dan seorang wanita berikat kepala. Gonjlang-ganjleng, kereta terus disesaki penumpang. Dari stasiun-stasiun yang ada. Hingga kemudian naik seorang wanita hamil lagi. Ia yang memungkinkan lebih cepat di depan bangku di depanku, seperti meminta diri. Seraya menyebutkan sedang hamil, walau tak kudengar seraya memegangi perut bucitnya.

“Di sana tak ada, Mbak?” tanya si Ibu berikat kepala itu. Menunjuk ke bangku di depannya.

“Tidak ...!” sahut wanita hamil ketiga itu.

Dengan segan-seganan, wanita berikat kepala itu pun berdiri. Tanpa basa-basi lagi. Lalu asyik berbincang dengan wanita yang lebih muda yang sudah berdiri.

“Kita sedang tidak berutung, Bu,” kata wanita yang lebih muda.

“Ya. Percuma kita naik lebih dulu.”

Entah apalagi perbicangan mereka. Kereta cukup berisik. Seperti keduanya menampakkan wajah kesal. Entah untuk apa bagian kesalnya itu. Mungkin terusir tak bisa duduk hingga stasiun yang akan dituju, entah tentang orang yang dianggap sebagai penista agama. Bukanurusanku.

“Kita turunnya di Godangdia ...!” sebut wanita ikat kepala itu kepada beberapa orang yang seperti mereka. Berikat kepala dan membawa atribut yang tak bisa kubaca.

Di Stasiun Gondangdia itu, mereka pada turun. Termasuk dua wanita hamil kedua dan ketiga. Sehingga tinggal wanita hamil pertama yang kupersilakan duduk itu.

“Anda bijak ...,” sebut wanita hamil itu ketika kereta mulai melaju, dan aku duduk di sampingnya.

Aku mengernyitkan kening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun