“Aku juga di sana.”
“Kenapa tak kaubawa aku serta?”
Aku menggeleng.
“Demikian penting, dan mesti sendiri saja?”
Aku mengangguk.
Desi menghela nafas. Kakinya diayun-ayunkan. Menggantung tak menyentuh air laut yang jauh di bawah.
Senja meremang. Lampu berpendar di dermaga. Aku berdiri. Mengusap-usap rambut Desi.
“Tunggu di sini, satu purnama ….”
dok. TS
“Terlalu lama …”
“Untuk masa depan kita, tak. Tak ada kata-kata lama.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!